Pinjam Modal dari Pengepul, Cara Bertahan Perajin Gula Kelapa di Bakauheni

Editor: Koko Triarko

“Cara bagi hasil ini bisa berjalan lancar dengan adanya kedisplinan. Pengembalian modal secara bertahap, sehingga investor tetap memberinya pinjaman,” kata Jaenuri.

Jaenuri, produsen gula merah kelapa di Desa-Kecamatan Bakauheni, Lampung Selatan, menuang gula cair untuk dicetak, Selasa (7/12/2021). –Foto: Henk Widi

Menurut Jaenuri, produksi gula merah kelapa tetap stabil, setiap pekan rata-rata 300 hingga 500 kilogram. Permintaan berasal dari pengepul, terdiri dari dua jenis gula merah kelapa.

Pertama, produksi dibuat dalam ukuran kecil cetakan bambu untuk kebutuhan bumbu dapur dan pemanis minuman.  Ke dua, ukuran baskom kecil untuk kebutuhan usaha pembuatan kecap manis.

“Ada tawaran akses permodalan bank, namun karena tidak punya agunan, tanah hanya menumpang, jadi tidak bisa meminjam,” ulasnya.

Sistem sewa lahan dengan tanaman kelapa, sebut Jaenuri menjadi cara baginya tetap produktif. Sebanyak seratus pohon kelapa yang menghasilkan bunga untuk dideres oleh pemilik, disewakan seharga Rp2juta. Sebelumnya, biaya sewa hanya Rp1,8juta.

Produksi bunga pohon kelapa, sebutnya menghasilkan gula kelapa beragam. Meski dengan cara menyewa, ia mengaku pembayaran dilakukan secara bertahap setiap satu semester.

Ishak, produsen gula merah lainnya di Desa Hatta, Kecamatan Bakauheni, juga mengaku memanfaatkan uang pinjaman untuk modal usaha. Akses permodalan pernah diajukan ke pemerintah desa, namun alokasi permodalan memiliki kuota terbatas.

Sebagai strategi menjalankan usaha, ia memilih sistem pinjaman dari bos pengepul gula, yang memiliki ikatan sosial, finansial dan emosional dengan produsen gula merah.

Lihat juga...