Perempuan dari Lereng Gunung Widosari

CERPEN IKA ZARDY SALIHA

Semula aku tidak pernah berpikir atau berharap akan memperoleh undangan dan bertemu dengan guru dari berbagai daerah yang saat ini digelar di Kota Yogyakarta.

Sebagai seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) yang bertugas mengajar di tingkat menengah aku sendika dhawuh (menjalankan tugas) sesuai instruksi yang ada.

Seperti malam ini aku harus meninggalkan keluargaku sedangkan anakku yang paling kecil juga baru sakit. Meski dengan berat hati aku berangkat, meninggalkan mereka selama dua malam tiga hari.

Apa pun adanya dan bagaimana pun keadaannya aku sudah terkondisi untuk selalu bersyukur kepada sang pemberi segalanya. Ya, Tuhan yang selalu memberi yang terbaik bagi hambanya bila berusaha dan berdoa kepada-Nya.

Sorak-sorai teman-teman sesama peserta bimtek menyambut penyaji pertama. Beberapa teman berkomentar: “Asyik pematerinya. Banyak humor dan intermeso.”

Ada yang bilang mudah diikuti, bahasanya enak, cakep lagi. Materi Bimtek dari malam hingga siang aku ikuti dengan bermacam rasa, sejenak pikiranku fokus pada pembelajaran dan tugas kelompok, tetapi beberapa waktu kemudian wajah Yusuf memenuhi kelopak mataku.

Wajah anakku yang tentu saja tak rela malamnya berlalu tanpa mamanya.

“Mama jangan pergi?” begitu ucap jagoanku ketika melihat aku menyiapkan baju di dalam tas.

“Iya Nak, Mama hanya sebentar, Mama terpaksa harus pergi karena akan mendapat hadiah, Nak.” Bergegas kuhampiri anakku, kubelai rambutnya dan kutepuk-tepuk punggungnya.

“Adik sama ayah dan kakak, tidak lama lagi Mama kembali ya,” ujarku sambil menuangkan air minum. Yusuf hanya mengangguk, kupandang wajahnya pucat dan sorot matanya sayu.
***
MALAM kedua Bimtek menjadi malam penuh kebahagiaan, acara gala dinner, canda tawa dan lantunan musik yang disuguhkan mestinya mampu membahagiakan rasa, menyegarkan suasana.

Lihat juga...