Perempuan dari Lereng Gunung Widosari

CERPEN IKA ZARDY SALIHA

Pulang ke kotamu, ada setangkup harum dalam rindu
Masih seperti dulu, tiap sudut menyapaku bersahabat, penuh terasa makna
Terhanyut aku dalam nostalgia, saat kita sering luangkan waktu, nikmati bersama suasana Yogya.

Say, malam Minggu ini kita jalan-jalan ke alun-alun selatan, yuk!” ajak Bang Fakhri saat menjemputku dari kampus, suatu hari.

“Boleh. Tapi jangan makan di warung yang kemarin, banyak cowoknya. Aku malu, Bang.” jawabku.

“Beres, Say.”

Sehabis Magrib kami berdua meluncur ke Alun-alun Selatan. Seperti biasa kami menikmati suasana malam Minggu layaknya orang berpacaran. Bersenda gurau dan mencoba menembus di antara dua pohon beringin dengan mata tertutup kain yang disediakan oleh penyedia jasa.

Konon kalau berhasil berjalan dan tembus di antara dua pohon beringin dengan lurus, maka kelak hidupnya akan baik-baik saja. Percaya atau tidak, wallahu a’alam bissawab.

“Sudah sampai mana, Mam?” pesan WA anakku membuyarkan lamunanku.

Subhanallah! Ternyata letih tubuh ini membuat aku terkenang masa-masa kuliah di tahun sembilan puluhan. Masih lekat dalam memoriku saat bertemu dengan Fakhri.

Dia kakak kelasku, hanya beda jurusan saja. Masya Allah! Sudah berapa tahun kami tidak pernah bertemu, mendengar kabarnya pun tidak. Entah di mana sekarang Bang Fakhri berada?

Waktu terasa begitu lambat. Hari sudah mulai gelap. Aku harus mandi, salat Asar dan mempersiapkan diri mengikuti acara pembukaan Bimtek nanti.

“Semoga narasumbernya menyenangkan,” batinku berharap.

Bimtek kali ini berbeda dari biasanya, dalam schedule ditulis bahwa di akhir sesi akan ada penghargaan bagi guru berprestasi dan inspiratif dengan karya terbaik.

Lihat juga...