Kucing Gila

CERPEN ENDANG S. SULISTYA

Sementara pulangnya ia selalu mengojek dengan tukang ojek yang sama. Hingga orang-orang mendesuskan ia punya hubungan khusus dengan tukang ojek yang masih lajang itu.

Seperti sudah kebal dari omongan tetangga, janda itu hanya menanggapi dengan senyuman. Toh, waktu akan menampakkan kebenaran.
***
Aku tengah duduk santai di teras rumah. Kujilat sebelah tangan yang masih menyisakan amis bandeng. Lalu lalang orang yang lewat tak kuhiraukan. Aku asyik dengan kesibukanku hingga suara cempreng obrolan menggugah perhatian.

“Rumah siapa ini, Yu?” tanya wanita berkerudung coklat pada rekannya yang pakai caping. Serta-merta keduanya sejenak mematikan langkah. Dari penampilannya, aku tahu mereka buruh tandur. Sekarang memang sedang musim tanam. Ibu-ibu rumah tangga di pedesaan ini memanfaatkan kesempatan untuk mencari tambahan uang belanja.

“Rumah jandanya Pak Karso,” jawab wanita pakai caping usai sekilas matanya menyapu pandang rumah yang ditunjuk temannya.

“Oh … Pak Karso yang dulu kerja di kecamatan itu?”pertanyaan wanita berkerudung coklat diangguki oleh wanita bercaping.

“Janda Pak Karso belum menikah lagi to, Yu? Padahal dia masih muda dan cantik, pasti banyak yang mau,” imbuh wanita berkerudung coklat.

“Dengar-dengar sudah banyak orang yang datang melamar tapi ia memang memutuskan tak akan menikah lagi,” terang wanita pakai caping melajukan langkah.

“Kenapa? Apa karena anak-anaknya tidak memperbolehkan?” buru wanita berkerudung coklat sembari beranjak menyusul langkah temannya.

“Ia tak mau kehilangan pensiun dari almarhum suaminya. Kalau ia menikah lagi, pensiun yang dia dapat akan dicabut pemerintah,” jelas wanita pakai caping, memelankan suara.

Lihat juga...