Teknik Tanam Pohon Polikultur Jaga Lingkungan dan Menghasilkan

Editor: Koko Triarko

LAMPUNG – Sejumlah warga yang tinggal di kaki Gunung Betung, Bandar Lampung, masih mempertahankan warisan kearifan lokal dalam menjaga lingkungan. Sistem penanaman pohon polikultur pun dilakukan, agar tetap bisa mendapatkan keuntungan ekonomis.

Suparji, warga Kelurahan Batu Putuk, Kecamatan Teluk Betung Barat, menyebut sebagian tanaman kayu keras merupakan warisan leluhur. Sebagian ditambahi tanaman baru oleh generasi berikutnya.

Menjaga sistem polikultur dalam menanam pohon, sebut Suparji erat kaitannya dengan kebutuhan dasar warga. Jenis kebutuhan dasar itu meliputi papan atau perumahan, pangan dan sandang dari hasil penjualan kebun untuk membeli pakaian.

Pada satu bidang kebun, ia menanam jenis pohon kayu keras medang, bayur, kelapa, akasia serta tanaman buah durian, jambu bol, petai, jengkol.

“Penanaman polikultur dilakukan untuk menjaga lingkungan. Pada lahan perbukitan, sebagian di tepi sungai Way Suka Padang, tanaman bambu juga dipertahankan. Menjaga sejumlah tanaman kayu merupakan cara untuk mendapatkan bahan bangunan. Pemanenan kayu dilakukan setelah cukup umur, dengan sistem tebang pilih,”  terang Suparji, saat ditemui Cendana News, Rabu (13/10/2021).

Suparji, memanfaatkan lahan pekarangan dan kebun untuk menanam buah di Kelurahan Batu Putuk, Teluk Betung Barat, Bandar Lampung, Rabu (13/10/2021). -Foto: Henk Widi

Menurut Suparji , jenis tanaman kayu keras berupa bayur, medang hanya ditebang saat sudah berusia belasan, bahkan puluhan tahun, kemudian memelihara tanaman baru dari biji, sementara jenis tanaman akasia, sengon yang bisa dipanen enam tahun bisa ditebang saat dibutuhkan.

Lihat juga...