Menelusuri Pelabuhan Kuno Jortan, Pusat Perdagangan di Masa Lalu

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

Literatur menyebutkan pada tahun 1719, VOC lebih berfokus pada Pelabuhan Gresik dengan menyediakan infrastruktur lengkap.

“Bisa dikatakan mungkin pada masa inilah Jortan mengalami penurunan. Sejalan dengan turunnya Dinasti Giri. Berubah fungsi menjadi pelabuhan rakyat biasa. Dan mulai menghilang dari jurnal pelayaran serta peta kuno,” urainya lagi seraya menunjukkan peta tahun 1724.

Pada peta tahun 1880, menunjukkan beberapa desa kuno dan toponimi pantai kuno yang saat ini sudah tak ada yang berada di muara Kali Lamong.

“Ada Desa yang bernama Langon yang memiliki arti berenang atau berlayar. Nama ini menjadi pertanyaan, apakah di desa ini ada pelabuhan? Dan ada juga Desa Kramat, yang arti kata Kramat sendiri adalah pekuburan atau pemakaman. Apakah ini merujuk pada Jortan?” urainya lebih lanjut.

Eko juga menunjukkan peta tahun 1949 yang menunjukkan banyak perahu di Kelurahan Sidorukun sebelum adanya reklamasi.

“Yang menarik, ada benteng Belanda sepanjang 30 meter di bibir pantai dengan 6-8 meriam. Asumsinya, ada bangunan benteng dan kantor telegraf. Artinya lokasi ini memiliki nilai penting bagi Belanda,” katanya seraya menunjukkan peta tahun 1949.

Selama masa kemerdekaan, dilakukan pembangunan kawasan industri Gresik yang menghapuskan banyak pelabuhan rakyat.

“Kalau kita lihat di peta 2021 dengan fasilitas citra satelit, terlihat benteng sudah ada dalam kawasan pabrik, yang ditunjukkan dengan garis kuning berbentuk V. Dan garis pantai sudah berubah jika kita bandingkan dengan peta tahun 1949. Jadi kalau mau mempelajari lebih jauh dan menentukan di mana Kota Pelabuhan Jortan ini, ya memang harus dilakukan penelitian dan tentunya membutuhkan banyak perizinan,” pungkasnya.

Lihat juga...