Kiat UMKM Tetap Berkembang di Tengah Pandemi Covid-19
Editor: Makmun Hidayat
Faktor berikutnya adalah masalah pembayaran yang harus dilakukan secara teknologi.
“Transaksi digital ini, untuk sebagian orang, bukan lah hal yang gampang. Artinya, orang yang melakukan transaksi digital harus melek teknologi dan bankable untuk dapat menggunakan produk perbankan,” urainya lebih lanjut.
Faktor terakhir adalah pengiriman karena banyak kekecewaan dari masyarakat yang dalam hal ini adalah konsumen.
“Bisa karena tampilan berbeda, produk berbeda, waktu pengiriman hingga pengemasan dalam proses pengiriman. Misalnya, produknya keripik. Tapi pengirimannya tidak hati-hati, sehingga hancur keripiknya,” papar Dewi.
Semua faktor itu, lanjutnya, yang akan mampu mendukung keberlanjutan usaha UMKM di masa digital.
“Jadi bukan hanya Go Digital saja. Tapi bertahan di pasar digital. Sehingga produktivitas usaha bertahan atau lebih bagus meningkat, yang mendorong penyerapan tenaga kerja lebih banyak,” paparnya lebih lanjut.
Dewi menyebutkan jika dibandingkan antara jumlah pelaku UMKM dengan jumlah penduduk Indonesia, seharusnya tidak perlu ada masalah dalam hal ketersediaan pasar dan penyerapan produk.
“Faktanya, kita repot mencari peluang pemasaran. Artinya kan ada yang salah dan kurang pas dengan skema yang ada. Harusnya tetap pada Bangga Buatan Indonesia, Bangga Menggunakan Produk UMKM bangsa sendiri agar bisa meningkatkan UMKM naik kelas. Ini lah yang harus dilakukan oleh pemerintah,” katanya.
Ia melanjutkan, seringkali UMKM dijadikan oleh suatu pemerintah saat kondisi krisis. Tapi saat kondisi kembali normal, UMKM ini akan terlupakan.
“Kalau mau bicara keadilan untuk UMKM, harusnya UMKM sudah menjadi leader bagi perekonomian nasional. Itu lah harapan saya,” pungkasnya.