Seorang Anak yang tak Mau Jadi Benalu

CERPEN MUHAMMAD SYUKRY

Dalam keadaan basah kuyup, aku sampai di kontrakan tak lama setelah azan Magrib berkumandang. Kudapati kontrakan gelap. Tak satu pun lampu menyala.

Setengah berlari aku menuju pintu, lalu kuketuk seraya memanggil-manggil Ibu, tapi tak ada respons. Dengan penuh tanda tanya kucoba memutar dan mendorong gagang pintu, ternyata tak dikunci.

Perlahan aku melangkah masuk. Dalam gelap, kuarahkan langkah menuju sakelar lampu. Setelah menyalakan lampu, aku berlari ke sana-ke mari mencari Ibu.

Di kamar, tidak ada. Di dapur, tidak ada. Di toilet, tidak ada. Sejenak aku terdiam, lalu ingat ketika hujan sedang deras-derasnya dan angin sedang ribut-ributnya sore tadi, listrik sempat padam agak lama. Mungkin Ibu sedang beli lilin, pikirku.

Aku lantas berhenti mencari. Ganti menyambar handuk yang tergantung di pintu kamar, lalu gegas pergi mandi. Selesai mandi, aku lanjut ganti pakaian, lalu makan malam, lalu berbaring dan akhirnya ketiduran.

Kini aku bangun—terbangun, lebih tepatnya. Jam di dinding sudah menunjuk pukul dua malam, tapi Ibu belum juga pulang. Jika ibu sedang bekerja, apa pekerjaan ibu yang sesungguhnya? ***

Bungo, Jambi, 2021

Muhammad Syukry, lahir di Muara Bungo, Jambi, 12 Oktober 1995. Beberapa cerpennya termuat di Kompas.id, Magrib.id, Cendana News, Lensasastra.id, Koran Haluan, dan Medan Pos.

Redaksi menerima cerpen. Tema bebas tidak SARA. Cerpen yang dikirim orisinal, hanya dikirim ke Cendana News, belum pernah tayang di media lain baik cetak, online atau buku. Kirim karya ke editorcendana@gmail.com. Karya yang akan ditayangkan dikonfirmasi terlebih dahulu. Jika lebih dari sebulan sejak pengiriman tak ada kabar, dipersilakan dikirim ke media lain. Disediakan honorarium bagi karya yang ditayangkan.

Lihat juga...