Sejak Kecil Yuliana Kagum pada Baju Adat Senuji

Editor: Koko Triarko

“Saat Festifal Nubun Tawa di Lewolema tahun 2017, sudah mulai banyak orang mengenakannya. Dalam lomba busana daerah tingkat kabupaten, pakaian yang saya produksi selalu meraih juara,” ungkapnya.

Yuliana mengaku, pada tahun ke empat perlombaan dia mengubah dengan menggunakan kain tenun atau sarung warna hitam dan bajunya putih.

Ia pun meraih juara pertama, sehingga diutus mengikuti lomba di tingkat provinsi di Kota Kupang, tapi di sana dirinya tidak memenuhi syarat karena harus menampilkan juga busana pengantin masa kini.

Karena tidak mempunyai dana untuk menjahitnya, dirinya tidak masuk nominasi.

Ia mengaku banyak orang yang mulai membeli baju adat Senuji hasil produksinya, termasuk Gubernur NTT dan istri.

“Saya bulan ini mendapatkan pesanan dari istri Gubernur NTT untuk menjahitnya. Juga buat peserta untuk ditampilkan dalam festifal budaya di Yogyakarta,” ungkapnya.

Sementara itu, Arnold Ritan, warga Riangkotek mengakui Yuliana merupakan penjahit baju adat Senuji untuk dikenakan pejabat di kabupaten maupun provinsi dan peserta lomba.

Arnold menyebutkan,Yuliana memberdayakan para perempuan di desa mereka dengan memberikan order menyulam bila dirinya sedang banjir pesanan.

Ia bersyukur, di desanya ada yang mahir membuat baju adat Senuji, sehingga warga tidak kesulitan untuk membeli baju adat ini, bila dibutuhkan.

“Banyak perempuan di desa kami suka mendapatkan order darinya, bila ia mendapatkan banyak pesanan. Namun kalau memasang pernak-pernik di bajunya hanya dirinya yang mahir mengerjakannya,” ungkapnya.

Lihat juga...