Reuni Kecil di Candi Plaosan

CERPEN SUNARYO BROTO

Teman satunya, Mu yang paling senior. Rambutnya sudah putih semua. To bertemu Mu di media komunitas, sama-sama senang membaca dan menulis.

Pernah menjadi takmir masjid raya dan aktif di organisasi massa agama. Latar pendidikan teknik dan bekerja di bidang lingkungan hidup sebelum terjun ke Humas. Dia senang menulis feature dan esai.

Kalau menulis feature sosial halus dan detail. Esainya tentang kondisi lingkungan hidup di perusahaan juga bertebaran. Menjadi andalan tulisan feature di media perusahaan setelah pensiun, Mu menikmati hari-harinya di Yogya Selatan.

Mendampingi anak-anaknya menggapai sukses. Ketiga anaknya lulusan universitas ternama di Yogya. Masih rajin membaca buku dan media online. Sering mengutip berita yang penting untuk dikabarkan lagi di media sosial. Hampir tiap pagi olah raga jalan kaki dan menuliskan peristiwa yang ditemuinya sepanjang jalan.

Puas mengobrol, mereka menyusuri candi Selatan. Hanya ada sekitar 9 candi besar yang berdiri. Selebihnya batu berserakan yang mengumpul pada satu area candi perwara. Siap untuk direkonstruksi. Sepertinya ini candi perwara.

Tak ada jejak prasasti dan tulisan di situ. Ada pohon pisang tumbuh di pojoknya. Juga pohon bodi dengan daun yang berbentuk lambang cinta, jantung hati. Selebihnya kebun orang.

Tapi Ra berkata, “Kayaknya ada prasastinya yang sekarang di Museum Jakarta.”

Mereka selingi salat Jumat di masjid kecil dekat candi. Jemaahnya merapat. Banyak jemaah dari kalangan tua. Beberapa warga tak memakai masker. Khutbah hanya singkat. Seusai salat ada pembagian nasi kuning untuk jemaah.

Mereka duduk di sebuah pojokan. Memandang jauh candi Plaosan Utara. Dua bangunan besar didampingi oleh candi pengapit dan banyak candi perwara. Katanya kompleks candi ini sebagai model sebelum membangun Candi Prambanan. Sangat indah.

Lihat juga...