Pemupukan Sistem Kocor Efektif di Lahan Terbatas
Editor: Koko Triarko
Jenis pupuk yang digunakan, sebut Sarijan berupa NPK Mutiara sebanyak 6 kilogram. Sebagai tambahan, ia menambahkan pupuk nitrogen HNO4 atau NPK. Pupuk dilarutkan dalam alat penyemprot khusus yang dibuat hanya untuk pemupukan sistem kocor.
Satu kali pemupukan menjadi kesempatan untuk melihat kondisi tanaman jika ada hama jenis jamur, trips, kutu daun.
Hama trips atau Thrips parvispinus Karny dan kutu daun atau Aphididae, sebut Sarijan kerap hinggap pada daun. Hama tersebut bisa dipantau dengan menerapkan pengamatan langsung saat pemupukan sistem kocor.
Ketika penyiraman dilakukan sembari memupuk, ia bisa melakukan pemusnahan hama dengan pemetikan daun yang terkena trips, kutu daun.
“Penanganan hama dilakukan dengan pengamatan langsung, namun saat populasi meningkat saya gunakan insektisida,” ulasnya.
Proses pemupukan sistem kocor dibantu oleh Sumartini, sang istri. Ia menyebut, saat proses pemupukan sistem kocor pemasangan ajir, pengikatan dengan tali dilakukan. Proses tersebut bisa dilakukan sembari melakukan pengamatan pada tanaman cabai.
Perimpilan daun, batang yang kurang sehat dilakukan untuk mendapatkan produksi buah yang melimpah.
Sumartini bilang, tanaman cabai miliknya mulai berbunga saat usia 30 hari setelah tanam. Buah bisa dipanen memasuki usia 75 hari dan pemanenan bertahap dilakukan hingga 15 kali.
Ia menyebut, per batang tanaman cabai rata-rata menghasilkan panen bertahap sebanyak 1 kilogram. Hasil panen bisa mencapi 2,5 ton menyesuaikan penanganan dan perawatan.
“Jika perawatan baik, termasuk pemberian dosis pupuk sistem kocor tepat hasil bisa maksimal,” ulasnya.
Sumartini bilang, dengan harga Rp15.000 per kilogram saja ia masih bisa mendapatkan keuntungan. Hasil penjualan cabai merah bisa dimanfaatkan untuk menutupi biaya operasional. Biaya tersebut meliputi pengolahan, bibit, mulsa, pupuk, ajir bambu, perawatan hingga panen.