Pemupukan Sistem Kocor Efektif di Lahan Terbatas

Editor: Koko Triarko

LAMPUNG – Keterbatasan lahan pertanian imbas pemanfaatan sarana Jalan Tol Sumatra (JTTS) tidak menyurutkan semangat warga setempat untuk tetap bertani. Lahan yang terbatas dimanfaatkan untuk budi daya komoditas pertanian jenis sayuran.

Sarijan dan Sumartini, petani di desa Kelaten, Penengahan, Lampung Selatan, mengatakan pemanfaatan lahan terbatas untuk menanam berbagai jenis sayuran secara bergilir dilakukan dengan pemupukan sistem kocor.

Sarijan bilang, pemupukan sistem kocor dilakukan memakai dosis tepat, agar sayuran tumbuh maksimal. Saat kemarau, keterbatasan pasokan air bisa dipenuhi dari siring alam. Budi daya cabai merah besar sebanyak 2.500 batang juga memakai sistem mulsa plastik. Ia mengaku, lahan terbatas membuat sistem penyiraman, pemupukan lebih maksimal dilakukan serta lebih efisien.

Pada penanaman cabai merah lahan luas, Sarijan menyebut sebagian petani menerapkan drip irigation system atau irigasi tetes. Namun demi efisiensi biaya untuk fasilitas irigasi tetes yang mahal dalam penggunaan alat, ia memakai sistem kocor. Efisiensi bisa dilakukan untuk proses pengairan, pemupukan serta penanganan hama terpadu.

“Saya menerapkan pemanfaatan air siring alam dengan membendungnya, sehingga budi daya komoditas pertanian cabai merah, terung, timun dan sejumlah tanaman buah bisa saya maksimalkan dengan pemerataan pengairan, untuk mendapatkan hasil maksimal pada masa tanam kemarau,” terang Sarijan, Senin (9/8/2021).

Sarijan melakukan pertanian bergilir dengan membaca peluang pasar. Memasuki awal Juni, ia telah membongkar tanaman terung, timun dan menggantinya dengan tanaman cabai. Penggantian tanaman atau sistem pertanian bergilir dilakukan pada satu lahan untuk memutus mata rantai hama atau organisme pengganggu tanaman (OPT). Masuk awal Juli, ia mulai budi daya tanaman cabai.

Lihat juga...