Pedagang Hewan Kurban di Semarang Lakukan Beragam Cara Dongkrak Penjualan

Editor: Koko Triarko

SEMARANG – Sepekan menjelang Hari Raya Iduladha 1442 Hijriah, penjualan hewan kurban di Semarang masih belum menunjukkan peningkatan. Hal tersebut diduga karena adanya penerapan PPKM dan kasus Covid-19 yang makin melonjak.

“Tahun ini lebih sepi dari tahun lalu. Jika Iduladha kemarin (2020-re), seminggu menjelang hari raya, saya bisa menjual sekitar 20 ekor kambing, sekarang ini baru 12 ekor. Itu saja bukan yang ukuran besar, yang harganya sekitar Rp3,5 juta-Rp 4 juta, namun yang termurah di harga Rp2,5 jutaan,” papar Supardi, pedagang hewan kurban saat ditemui di sela berjualan di kawasan Pedalangan, Banyumanik Semarang, Selasa (13/7/2021).

Meski masih relatif sedikit, namun dirinya masih berharap jumlahnya bisa terus bertambah mendekati hari H. “Biasanya penjualan paling tinggi sekitar 1-2 hari menjelang perayaan Iduladha. Saya berharapnya juga seperti itu, kalau bisa laku semua dagangannya,” terangnya.

Seperti halnya pedagang hewan kurban lainnya yang rata-rata pedagang tiban (dadakan-red), Supardi, bukan warga asli Semarang. Dirinya bersama temannya datang dari Boyolali, semata-mata untuk mencari peruntungan dengan berjualan kurban jelang Iduladha.

“Makanya itu, kalau tidak laku banyak, saya bisa rugi. Mulai dari sewa tempat, biaya pakan ternak, hingga biaya angkut. Belum lagi kebutuhan selama di sini, seperti makan minum,” terangnya.

Ditanya jumlah hewan ternak yang dibawa, dirinya mengaku ada sekitar 50 ekor kambing yang dibawa dalam dua kali pengangkutan. “Seminggu pertama bawa 25 ekor, kemudian ambil lagi 25 ekor. Totalnya ada 50 ekor kambing,” lanjutnya.

Di lain sisi, dirinya juga sudah mencoba menawarkan ke sejumlah pengurus masjid, jika ada jemaah yang ingin membeli kambing di lapak miliknya.

Lihat juga...