Virus Corona dan Demam Babi Sebabkan Peternak di Sikka Makin Terpuruk

Editor: Koko Triarko

MAUMERE – Dampak merebaknya virus African Swine Fever (ASF) atau Demam Babi Afrika ditambah virus Corona atau Covid-19, mengakibatkan perekonomian peternak babi di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur, makin terpuruk.

“Perputaran uang tidak terjadi, karena rata-rata setiap keluarga di Kabupaten Sikka memelihara beberapa ekor babi yang setiap hari harus membutuhkan pakan,” sebut Tadeus Pega, salah seorang peternak babi di Kelurahan Wolomarang, Kabupaten Sikka, saat dihubungi, Selasa (13/7/2021).

Tadeus mengatakan, perputaran uang di sektor peternakan termasuk babi sangat tinggi, sebab seorang yang beternak babi harus mengeluarkan uang membeli pakan produksi pabrik maupun pakan lokal.

Ia menyebutkan, untuk pakan lokal peternak membeli batang pisang, roset atau batang ubi talas, singkong, dedak padi dan jagung serta aneka sayuran yang rusak untuk dijadikan pakan babi.

“Saya sebulan saja harus mengeluarkan dana minimal Rp8 juta untuk membeli pakan babi. Sementara yang memelihara beberapa ekor saja di rumah minimal Rp50 ribu sehari harus dipergunakan untuk membeli pakan,” tuturnya.

Warga Kelurahan Wolomarang,Kecamatan Alok Barat, Kabupaten Sikka, NTT, Tadeus Pega, saat ditemui di Kantor Dinas Sosial di Kota Maumere, Senin (12/7/2021). -Foto: Ebed de Rosary

Tadeus mengatakan, dampak besarnya mengakibatkan masyarakat petani yang menjual pakan ternak sudah tidak menjual lagi, dan peternak juga tidak memiliki pendapatan.

Dijelaskannya, dalam sebulan dirinya bisa menjual babi seharga Rp1 juta hingga Rp8 juta sebanyak belasan hingga puluhan ekor, terpaksa harus kehilangan pendapatan.

Lihat juga...