Alternatif Sumber Karbohidrat, Dispertan Semarang Dorong Budidaya Sukun

Redaktur: Muhsin Efri Yanto

SEMARANG — Kandungan karbohidrat pada buah sukun, relatif cukup tinggi. Setiap 100 gram berat basah sukun mengandung karbohidrat sekitar 35,5 persen. Bahkan pada tepung sukun, kandungannya mencapai 78 persen.

Namun sejauh ini, meski memiliki karbohidrat tinggi, tanaman dengan nama latin artocarpus altilis tersebut, belum dilirik sebagai pendamping padi atau beras, yang menjadi pilihan pokok di Indonesia.

“Tanaman sukun ini, sudah dikenal masyarakat secara luas. Di Kota Semarang, banyak ditemukan tumbuh liar di pekarangan rumah atau bantaran sungai,” papar Kepala Dinas Pertanian (Dispertan) Kota Semarang, Hernowo Budi Luhur, saat dihubungi di Semarang, Senin (19/7/2021).

Diterangkan, mengingat penyebaran merata di seluruh wilayah Kota Semarang, serta termasuk tanaman yang tahan serangan hama serta penyakit, pihaknya pun mendorong budidaya sukun di kalangan petani dan masyarakat.

“Sukun ini mengandung karbohidrat tinggi. Hal ini memungkinkan buah ini untuk dikembangkan, sebagai tanaman pangan pengganti selain ubi dan jagung. Untuk ubi sudah banyak juga diolah menjadi tepung cassava, potensi ini juga bisa diterapkan pada sukun,” tandas Hernowo.

Di satu sisi, buah yang masih satu rumpun dengan kluwih (Jawa-red) atau kulur (Sunda-red), tergolong klimaterik, yakni buah yang mengalami kenaikan tingkat respirasi dan produksi etilen setelah dipetik.

“Etilen merupakan senyawa yang dapat menstimulasi pematangan. Semakin tinggi kadar gas etilen pada buah, akan menyebabkan proses pematangan semakin cepat. Jadi bahasa mudahnya, setelah dipanen, buah sukun bisa cepat matang,” terangnya.

Diperlukan pengolahan setelah dipanen, termasuk untuk mengantisipasi kelimpahan sukun pada saat panen raya dan memperpanjang umur simpan. “Salah satunya dengan diolah menjadi produk setengah jadi, berupa tepung. Ini nantinya bisa dikembangkan menjadi bahan pangan alternatif pengganti beras,” terangnya.

Lihat juga...