Produsen Genteng Tanah Liat Bertahan, Hadapi Genteng Metal

Editor: Makmun Hidayat

LAMPUNG — Produsen pembuatan genteng berbahan tanah liat tetap bertahan penuhi permintaan perumahan. Sugito, salah satu produsen genteng tanah liat menyebut tetap memproduksi genteng press Mantili untuk memenuhi pesanan konsumen.

Warga Desa Pejambon, Kecamatan Negeri Katon, Kabupaten Pesawaran itu mendapat permintaan dari toko bangunan dan konsumen yang akan membuat rumah.

Kendala yang dihadapi produsen genteng tanah liat sebut Sugito dengan adanya pergeseran penggunaan bahan bangunan. Semula bahan bangunan pasangan dengan genteng tanah liat berupa kayu dan bambu. Seiring perkembangan zaman, baja ringan dikombinasikan dengan asbes, atap spandek, atap galvalum pasir atau genteng metal banyak dipilih.

Sugito mengaku tak patah arang, sebab setiap bahan bangunan memiliki kelebihan dan kekurangan. Bagi warga pedesaan, memakai atap genteng masih jadi pilihan. Alternatif memakai genteng tanah liat tetap dipertahankan alih alih memakai genteng metal. Bobot yang lebih stabil, mantap dan kuat menjadikan genteng tanah liat masih jadi favorit. Meski demikian ia tetap mengakui permintaan genteng tanah liat tak sebanyak sepuluh tahun silam.

“Karena lebih praktis, ringan dengan harga bersaing membuat sebagian pelaku usaha proyek pengadaan rumah, pengusaha properti, pembuat rumah toko memakai atap metal dengan berbagai variasi bahan dan ketebalan dibanding memakai atap genteng tanah liat,” terang Sugito saat ditemui Cendana News, Selasa (15/6/2021).

Sugito menyebut untuk kebutuhan rumah ukuran 180 meter persegi, dibutuhkan 5.000 genteng. Jika rata-rata perseribu genteng Rp850.000 maka warga yang akan membuat rumah mengeluarkan biaya Rp4,2juta untuk membeli genteng. Sementara untuk ukuran rumah yang sama biaya bisa mencapai Rp5juta untuk kebutuhan genteng metal. Biaya belum termasuk rangka baja dan biaya pemasangan.

Lihat juga...