Cara Petani di Lamsel Tingkatkan Harga Jual Kopi
Editor: Makmun Hidayat
LAMPUNG — Tren minum kopi pada masa kekinian ikut mengubah pola penjualan kopi. Zaenal Abidin, petani kopi di Desa Rawi, Kecamatan Penengahan, Lampung Selatan menyebut semula menjual kopi gelondongan, kini memilih menjual kopi dalam bentuk bubuk setelah dihaluskan.
Menjual kopi gelondongan merupakan sistem penjualan biji kopi setelah dikeringkan. Perbandingan penjualan kopi gelondongan dengan kopi dalam bentuk bubuk sebutnya cukup signifikan.
Dengan menjual sebanyak 100 kilogram atau 1 kuintal biji kopi kering ia bisa mendapat hasil Rp1,5juta. Menggiling biji kopi dengan pengemasan bervariasi ukuran 100 gram, 200 gram menghasilkan lebih banyak. Ia menjual setiap kemasan mulai harga Rp10.000 hingga Rp20.000 dari ukuran 100 gram hingga 200 gram.
Keuntungan dari proses pengolahan kopi kering menjadi bubuk sebutnya dua kali lipat. Saat menjual dalam kondisi gelondongan, kadar air yang tinggi kerap mempengaruhi harga jual. Agar lebih meningkatkan nilai jual, pengeringan dilakukan hingga pengolahan menjadi bubuk. Bermodalkan mesin penyangrai (roaster), mesin penggiling (grider) ia menghasilkan bubuk kopi siap seduh.
“Kopi yang siap seduh kerap dipesan oleh kerabat atau tetangga yang akan melangsungkan hajatan karena butuh bubuk kopi minimal lima kilogram untuk menjamu tamu undangan dan warga yang membantu, membeli kopi bubuk lebih murah dibandingkan kemasan hasil produksi pabrik,” terang Zaenal Abidin saat ditemui Cendana News, Senin (7/6/2021).
