Capai Kemandirian Pangan dengan Hidroponik di Tengah Pandemi
Editor: Makmun Hidayat
“Hidroponik ini menggabungkan hobi dan benefit sangat menyenangkan dan bermanfaat. Selain untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, bercocok tanam di lahan terbatas ini bisa untuk menambah penghasilan,” imbuhnya.
Meskipun pembuatan sistem hidroponik mahal, tapi menurutnya, perawatannya tidak sulit hanya diperlukan ketekunan dan kesabaran dalam bertani.
Manfaat yang dihasilkan sangat banyak, seperti hemat ruang, terhindar dari hama tanah, sirkulasi air yang bagus dengan pemberian nutrisi.
“Tidak harus setiap hari dicek, minimal dua hari sekali diperiksa ataupun diberi nutrisi,” ujar perempuan kelahiran Jakarta 58 tahun ini.
Kegiatan urban farming yang dilakukan Yuni ini, bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran warga akan penghijauan. Sehingga meskipun keterbatasan lahan, tapi masih bisa berkebun atau bertani di halaman rumah.
Karena menurutnya, ketahanan pangan mendapatkan tantangan tidak hanya pada situasi pandemi seperti saat ini. Tetapi, juga oleh ketidakseimbangan sistem pangan dalam upaya meningkatkan ekonomi masyarakat.
Urban farming ini mengedukasi masyarakat bahwa di lahan sempit pekarangan rumah bisa melakukan budidaya sayuran dengan sistem hidroponik.
“Edukasi adalah pendekatan para kader PKK pada warga dengan memberi contoh menanam sayuran hidroponik, ya tujuannya biar warga bergerak,” tukas ibu tiga anak ini.
Lebih lanjut dia mengatakan, bisa dibayangkan bila satu rumah memiliki satu hidroponik, satu keluarga sudah bisa memenuhi kebutuhan sayur mereka. Tentu tidak perlu khawatir, jika harga sayuran tiba-tiba melonjak karena musim hujan.
Selain untuk ketahanan pangan rumah tangga, hasil dari urban farming bisa dipasarkan. Warga dapat menyantap sayuran sehat, juga taraf ekonomi mereka dapat meningkat dari hasil panen sayurannya.