Produk Turunan Komoditas Singkong, Cara Petani Awetkan Hasil Panen

Editor: Makmun Hidayat

LAMPUNG — Hasil panen komoditas pertanian singkong jadi salah satu bahan pangan pokok bagi sebagian petani di Lampung Selatan. Membuat produk turunan dari singkong dilakukan sebagian petani untuk mengawetkan hasil panen.

Mastijah, petani di Desa Padan, Kecamatan Penengahan menyebut menanam singkong roti dan singkong jahe. Kedua jenis singkong bertekstur lembut, pulen itu kerap diolah dengan cara direbus, digoreng.

Pengolahan menjadi kue tradisional lemet, cemplon kerap dilakukan olehnya saat acara khusus. Namun kreativitas dalam pengolahan hasil pertanian membuat ia memproduksi produk turunan dari singkong. Selain keripik, gaplek dan nasi tiwul ia membuat kerupuk singkong atau opak.

Pengolahan produk turunan singkong sebutnya jadi kearifan petani dalam mengawetkan hasil panen. Usai dipanen umbi singkong memiliki daya simpan terbatas. Busuk dan tidak bisa dikonsumsi jadi resiko paska panen tanpa proses pengolahan tepat. Warisan tradisi petani dalam membuat produk turunan berbahan singkong jadi cara baginya meningkatkan nilai jual, meningkatkan daya simpan.

“Umbi singkong yang lama tidak diolah kerap busuk kalau orang Jawa menyebutnya nggambos, saya pilih mengolahnya menjadi sejumlah makanan kering yang bisa disimpan lama dengan proses pengolahan tradisional jadi gaplek, oyek, manggleng, keripik hingga kerupuk opak,” terang Mastijah saat ditemui Cendana News, Senin (14/6/2021).

Mastijah bilang olahan produk singkong dibuat setengah matang dan matang. Produk setengah matang diantaranya dalam bentuk gaplek, nasi tiwul dan kerupuk opak yang harus diolah lebih lanjut untuk dikonsumsi. Namun ia menyebut olahan singkong bisa dijual mulai Rp10.000 per kilogram dalam bentuk beras tiwul, manggleng, keripik dan opak. Harga lebih tinggi daripada singkong mentah Rp3.000 per kilogram.

Lihat juga...