Produk Turunan Komoditas Singkong, Cara Petani Awetkan Hasil Panen

Editor: Makmun Hidayat

Produk olahan singkong sebut Mastijah juga bisa berdaya simpan lama. Maksimal olahan singkong dalam bentuk beras tiwul, gaplek, opak, manggleng bisa disimpan hingga enam bulan. Bahan pangan yang disimpan dalam waktu lama bisa digunakan sebagai cadangan bahan pangan. Terlebih saat masa paceklik ketika kemarau olahan singkong bisa awet untuk bisa dijadikan berbagai kuliner altenatif.

“Saat hasil panen padi tidak berhasil masih bisa menyimpan beras tiwul dan olahan singkong yang diawetkan,” tuturnya.

Mbik, warga Desa Kelaten menyebut manggleng jadi olahan singkong paling sederhana. Usai direbus singkong bisa diiris ukuran tipis selanjutnya dikeringkan. Tahap selanjutnya manggleng bisa disimpan dalam wadah toples kedap udara. Saat akan dikonsumsi manggleng bisa digoreng dengan paduan rasa pedas, asin sebagai camilan altermatif.

“Kreatifitas petani dalam membuat produk berbahan singkong akan meningkatkan nilai jual dan daya simpan,” ungkap Mbik.

Wahyudi, petani di Desa Gandri mengaku setiap enam hingga delapan bulan singkong roti bisa dipanen. Sebagian petani juga bisa menanam singkong Thailand yang bisa dijual Rp1.000 per kilogram. Singkong bisa dimanfaatkan sebagai bahan tepung tapioka, diolah menjadi gaplek. Pengolahan secara tradisional menjadi cara petani untuk mengawetkan hasil pertanian.

Menanam singkong sebutnya bisa menjadi cara untuk menyimpan cadangan makanan. Berbagai olahan agar singkong bertahan lama dengan proses pengeringan. Kreasi olahan tiwul, gaplek dengan varian yang beragam akan menambah nilai gizi. Terlebih pada olahan nasi tiwul kerap disajikan dengan lauk semur ikan gabus dan opor ayam. Olahan tiwul berbahan singkong jadi solusi menggantikan nasi berbahan beras padi.

Lihat juga...