Air Nira Melimpah, Target Produksi Gula Kelapa di Bakauheni Terpenuhi

Editor: Maha Deva

LAMPUNG – Memasuki musim kemarau, produksi air nira kelapa di pohon kelapa milik produsen gula kelapa di Desa Bakauheni, Kecamatan Bakauheni, Lampung Selatan melimpah. Hal tersebut menjadi berkah tersendiri bagi perajin gula kelapa murni di daerah tersebut.

Giyadno, produsen gula kelapa di Desa Bakauheni menyebut, hal itu membuatnya bisa memenuhi target produksi sebanyak 250 kilogram setiap dua pekan. Gula kelapa produksinya dikirim untuk pasar lokal di Lampung dan Banten. Musim kemarau disebutnya, berdampak positif untuk produksi air nira. Kandungan air nira kelapa murni, karena tidak tercampur air hujan, menghasilkan lahang atau air nira yang lebih banyak.

Sementara, untuk memanjat pohon kelapa saat musim kemarau, lebih mudah dilakukan karena batang kelapa tidak licin. Sebanyak 70 batang pohon kelapa, bisa dipanjat saat pagi hari untuk pemasangan jeriken dan sore untuk pengambilan nira.

Ratarata produksi air nira kelapa selama dua hari mencapai 14 jeriken, yang jika direbus bisa menghasilkan sekira 55 kilogram gula kelapa. “Sistem pengolahan gula kelapa masih tradisional menggunakan metode perebusan berbahan bakar kayu, memakai wajan dan cetakan dari baskom plastik dan bambu untuk memenuhi target permintaan pasar setiap dua pekan akan diambil pengepul,” ujar Giyadno, saat ditemui Cendana News, Sabtu (12/6/2021).

Gula kelapa murni buatan perajin di Bakauheni, Sabtu (12/6/2021) – Foto Henk Widi

Permintaan gula kelapa, paling didapatkan saat Ramadan dan Idul Fitri. Mendekati hari raya Iduladha pada 20 Juli mendatang, permintaan gula kelapa saat ini sudah mengalami peningkatan. Saat ini, dalam sepekan Giyadno bisa memproduksi gula dua hari sekali. Sepekan produksi gula kelapa mencapai 165 kilogram, sehingga ketika diambil pengepul ada 330 kilogram gula kelapa.

Gula kelapa ukuran besar, yang dicetak dengan baskom, menjadi pesanan produsen pembuatan kecap. Sementara gula kelapa ukuran kecil, diperuntukkan bagi kebutuhan pasar tradisional. “Pasokan gula kelapa sebagian diperoleh dari produsen di wilayah Desa Hatta dan desadesa di Bakauheni sehingga pasokan selalu bisa dipenuhi,” terang Giyadno.

Harga perkilogram gula kelapa dari Giyadno Rp15.000 per-kilogram. Ia bisa mendapat hasil kotor Rp4.950.000 setiap dua pekan sekali, karena pendapatan tersebut belum dikurangi biaya produksi. Sebab setiap pohon kelapa, disewa dari petani sebesar Rp100.000 perbatang. Kemudian untuk memasak, biaya bahan bakar kayu yang dikeluarkan Rp350.000 untuk satu kendaraan L300.

Produsen gula kelapa di Desa Sukaraja, Kecamatan Palas pasangan suami istri, Misyanti dan Yatno menyebut, produksi ratarata gula kelapanya mencapai 200 kilogram setiap dua pekan. Pohon kelapa yang dideres pasangan tersebut hanya 35 pohon. “Anak saya memilili usaha pengiriman sayuran, setiap pekan berapapun jumlah gula kelapa akan dikirim,” pungkasnya.

Lihat juga...