Budi Daya Cabai Puyang, Mudah dan Menguntungkan

Editor: Koko Triarko

Lena Agusrini bilang, budi daya cabai puyang dipergunakan untuk bahan bumbu masak dan jamu. Selain digunakan untuk kebutuhan keluarga, sebagian hasil panen banyak dipesan oleh produsen jamu herbal.

Dalam kondisi basah, ia menjual cabai puyang dengan harga Rp15.000 per kilogram. Dalam kondisi kering, cabai puyang bisa dijual seharga Rp50.000 per kilogram untuk bahan jamu pabrik.

Suko, petani lain di Sumberrejo, juga mengaku membudidayakan cabai puyang dengan vegetatif. Semula ia membudidayakan cabai yang dikenal dengan cabai jamu, cabai jawa dengan media tanam polybag. Media tanam polybag selanjutnya dicampur dengan tanah, pupuk kompos, pupuk kandang, abu dan sekam. Setelah sulur bertambah banyak, ia memindahkan cabai puyang ke pagar.

“Sebagian tanaman saya pindah ke kebun agar pertumbuhan lebih maksimal, cabai puyang bisa jadi alternatif untuk bumbu masakan pengganti cabai rawit,”ulasnya.

Memiliki ratusan rumpun sulur cabai puyang, membuatnya bisa memanen secara bertahap. Buah cabai puyang bisa dipanen saat warna buah merah. Sebelum buah rontok, panen bisa dilakukan dengan sistem pemilahan. Makin matang ditandai dengan warna merah terang, tingkat rasa pedas meningkat. Rasa hangat dan pedas menjadikan cabai puyang pilihan obat herbal.

Budi daya cabai puyang juga dilakukan Nurjanah dan Suyatinah. Nurjanah, warga Desa Way Kalam, Kecamatan Penengahan, bilang budi daya cabai puyang telah berlangsung puluhan tahun. Menyerupai tanaman lada, cabai puyang tumbuh alami di kaki Gunung Rajabasa. Perbanyakan tanaman itu dilakukan oleh petani dengan sistem stek sulur tanah.

“Pada pohon yang dirambati tanaman, kerap memiliki akar yang bisa dipisahkan dari indukan untuk perbanyakan bibit,” cetusnya.

Lihat juga...