Bebas ODF, Kelurahan Panjang Utara Berjibaku Atasi Sampah
Editor: Makmun Hidayat
Sampah yang dibuang ke sungai berimbas pencemaran diakui Teddy, warga Kelurahan Panjang Utara. Sampah sebutnya menumpuk di sungai dan pantai kerap menimbulkan aroma busuk. Aroma busuk berimbas gangguan pernapasan sebutnya kerap terjadi saat musim penghujan. Meski upaya pembersihan lingkungan dilakukan oleh masyarakat sampah terus menumpuk.
“Sampah yang dibuang sebagian berdampak pada tercemarnya air penyebab gatal gatal, aroma menganggu pernapasan,” cetusnya.
Teddy menyebut sepuluh tahun silam warga masih bisa memanfaatkan air sungai. Namun sampah yang dibuang ke sungai berimbas pencemaran air baku. Air baku yang masih bisa dipergunakan untuk mandi, mencuci sudah tak bisa digunakan. Dampak sampah mencemari air membuat dampak kesehatan berimbas warga membeli air galon.
Nurahmat, ketua komunitas Pecinta Sungai Way Bakau menyebut sampah jadi masalah kesehatan. Meski perkampungan di tepi sungai telah bebas ODF namun sampah berdampak pencemaran air tanah. Air lindi sampah yang menumpuk dari aliran sungai tidak bisa dipergunakan karena kurang sehat. Sebagai gantinya warga memilih memanen air hujan untuk kebutuhan mencuci bahkan mandi.
“Air baku yang tercemar oleh sampah berdampak warga tidak mau menggunakan sungai sehingga memilih membeli air galon,” bebernya.
Mimin, salah satu warga mengaku sejak satu dasawarsa ia mulai tidak bisa memakai air Sungai Way Bakau. Ia mengaku hanya memanfaatkan air bersih dari air sumur bor komunal. Penggunaan air bersih sebutnya masih bisa memakai air tanah dalam. Namun untuk air yang berasal dari sungai berdampak bagi kesehatan kulit. Meminimalisir sampah sebutnya ikut menjaga kesehatan air bagi masyarakat di sekitar sungai.