Perajin di Jember Perbesar Ukuran Tempe Agar Tetap Produksi
Editor: Makmun Hidayat
Untuk harga penjualannya pun, kata Roni, naiknya hanya berkisar pada Rp100 – 200 per kotak ukuran yang besar tersebut.
Perubahan hasil dari produksi tidak dapat dipungkiri akan secara langsung diterima oleh konsumen, tak jarang konsumen kadangkala mempermasalahkan kreativitas dari pengusaha produksi tempe tersebut.
“Sebelumnya, pertama kali harga kedelai mengalami kenaikan, saya mencoba untuk mengurangi ukuran dari hasil produksi tempe yang seperti biasanya. Namun respon dari konsumen sering mempermasalahkannya,” kata Roni.
Menurut Roni, cara mengurangi ukuran itulah adalah langkah yang baik serta tidak merugikan konsumen, daripada harus mengubah takaran serta kualitas dari bahan produksi yang biasa digunakan setiap harinya.
Kenaikan harga kedelai yang dirasakan oleh pengusaha produksi tempe, yakni setiap hari harga belinya mengalami kenaikan. Tentunya kenaikan pada bahan kedelai tidak langsung meningkat sebagaimana pada harga kedelai saat ini perkilonya.
“Yang saya rasakan setiap harinya saat membeli bahan kedelai, kenaikannya setiap hari semakin meningkat. Sebelum harga kedelai naik, harga umumnya sekitar Rp8.000. Pertama kali naik harganya bertambah Rp100, kadang juga Rp200, sampai pada harga sekarang ini, harga kedelai per kilonya Rp9.200. Sebulan sebelumnya sempat turun pada harga Rp9.000, tapi sekarang naik lagi per kilonya seharga Rp9.200.
Terpisah, Yeni, penjual kedelai, mengatakan penyediaan bahan kedelai ia peroleh dari agen distributor langsung. Saat ini harga kedelai mengalami kenaikan setiap harinya sampai pada harga jual dari kedelai sekarang Rp9.200 per kilonya, sedangkan per sak semula seharga Rp350.000 sekarang menjadi Rp465.000.