Pelaku UKM Bisa Bertahan dengan Manfaatkan Momen dan Medsos

“Alhamdulillah, pandemi masih bisa bertahan,” kata pebisnis 27 tahun itu.

Sementara itu, Neny Sulistiowati, berbisnis kuliner setelah belajar masak secara otodidak melalui resep dari Google. Neny dan adik bungsunya terlahir spesial dibanding kakak-kakaknya karena bertubuh tidak lebih tinggi dari 100cm. Ketika mengenyam pendidikan formal, Neny merasa tidak percaya diri untuk dapat diterima bekerja di perusahaan mana pun. Lulus SMA, Neny mengajar anak SD dan SMP di lingkungan tempat ia tinggal untuk menyelesaikan PR selama sepuluh tahun, sebelum memutuskan berwirausaha.

Pada pertengahan 2015, Neny memulai bisnis kue yang ia namakan Dapur8. Menurutnya, dapur adalah jiwa dari sebuah rumah tangga, sedangkan angka 8 diambil dari nomor rumah yang ditinggali dan juga harapan agar usahanya terus berjalan tanpa putus seperti angka 8.

“Saya memulai bisnis ketika sudah ada media sosial, dari awal pemasaran saya lewat media sosial, kalau dulu melalui FB dan story Blackberry,” kata Neny, melalui aplikasi pesan.

Lewat promosi secara daring, usahanya lebih banyak dikenal dan bisa menjangkau konsumen yang lebih luas. Tapi, di sisi lain dia juga ditantang untuk menghadapi karakter konsumen yang bermacam-macam, serta urusan seperti ongkos kirim.

Mampu beradaptasi dan terus berinovasi adalah cara Neny bertahan di tengah pandemi. Mulanya, Dapur8 hanya menerima pesanan kue ulang tahun, namun ketika pandemi Covid-19 menghantam di 2020, Neny sadar semua orang lebih memprioritaskan untuk makan makanan sehari-hari dibanding kue, karena omzetnya mulai menurun. Ia pun mengikuti kelas virtual Gapura Digital mengenai cara mengoptimalkan sosial media untuk bisnis.

Lihat juga...