Di saat pandemi mulai menyerang pada Maret 2020 dan banyak kegiatan dilakukan secara daring, Fasta memiliki waktu luang yang lebih banyak. Kesempatan ini digunakan untuk menambah ilmu dan wawasan baru dengan mengikuti pelatihan-pelatihan online, salah satunya pelatihan Digital Entrepreneurship Academy yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika bersama Google Indonesia.
Saat itu, Fasta mulai tersadar untuk melakukan promosi pada usahanya secara daring untuk menjangkau pasar yang lebih luas, karena sebelumnya hanya menargetkan orang-orang di daerah sekitar Tuban.
Beralih ke pemasaran digital membawa suka dan duka. Dia bersyukur, kini banyak konsumen yang tahu produk-produknya. “Beberapa kecamatan sebelah bahkan sudah ada roti ini dibawa konsumen ke luar Tuban. Namun, kendalanya di kami belum ada layanan antar untuk diantarkan ke konsumen,” lanjutnya.
Karena itu, konsumen yang tidak bisa mengambil sendiri akhirnya batal memesan kue-kuenya. Dia berharap, ke depan bisa menyediakan jasa pengantaran, agar konsumen di tempat yang jauh bisa menikmati kue-kuenya.
“Ke depan, pasti ada terobosan ke arah konsumen yang lebih luas, meskipun saat ini belum menjangkau banyak daerah kecamatan lain. Hambatannya itu jasa antarnya belum ada yang skala angkutnya banyak, karena kalau diantar pakai satu sepeda biasanya kurang.”
Selain itu, di dunia digital ada banyak pesaing. Untuk menyikapinya, Fasta selalu mencari informasi terbaru dan memastikan siapa target yang disasar agar pemasarannya juga tepat.
Di masa pandemi, dia bersyukur selalu ada pesanan karena konsumen masih membutuhkan roti hajatan yang menjadi fokus produknya. Walau ada pembatasan, masyarakat masih mengadakan hajatan, meski tidak mengundang tamu-tamu secara langsung. Sebagai gantinya, roti hajatan dikemas menarik dan dikirimkan langsung kepada tamu.