Pandemi, Perajin Bambu di Sikka Kesulitan Modal
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
MAUMERE – Bambu banyak terdapat di Kabupaten Sikka, dan sejak turun temurun dipergunakan sebagai bahan untuk membuat rumah. Baik untuk tiang maupun dinding dengan cara dibelah dan dijemur hingga menjadi halar (bambu belah).
Bambu di tangan beberapa perajin di Desa Nelle Barat, Kecamatan Nelle, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT) dan beberapa desa lainnya, baik di Kecamatan Nelle maupun kecamatan lainnya, juga kerap dijadikan kursi, meja, vas bunga, dan lainnya.
“Selama pandemi Corona saya sempat berhenti bekerja dari bulan Maret sampai Agustus tahun 2020. Karena tidak ada pesanan sama sekali,” kata Herman Meang, perajin bambu di Desa Nelle Barat, Kecamatan Nelle, Kabupaten Sikka, NTT saat ditemui di rumahnya, Selasa (26/1/2021).

Herman mengakui, terpaksa modal kerja dan simpanan pun terkuras untuk membiayai kebutuhan hidup sehari-hari. Dia bersyukur karena belum berumah tangga sehingga pengeluaran tidak terlalu besar.
Dia mengaku bulan September 2020 mulai menerima pesanan lagi, baik dari perorangan maupun lembaga untuk mengerjakan meja dan kursi serta lemari untuk meletakkan televisi.
“Sejak bulan September 2020 lalu pesanan mulai ada, namun saya terkendala di modal. Uang tabungan saya juga terkuras sehingga tidak bisa membeli peralatan kerja yang menggunakan tenaga listrik,” ucapnya.
Penyandang disabilitas ini mengaku, bisa membuat lemari, vas bunga, gedek, tirai, rak, kursi, meja, bufet, kap lampu, vas bunga, tempat tidur santai, dan lainnya.