Pandemi, Perajin Bambu di Sikka Kesulitan Modal
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
Herman menyebutkan, gedhek untuk dinding dijualnya per meter persegi Rp100 ribu, sedangkan untuk lemari tergantung banyaknya rak, satu rak Rp150 ribu, sementara 3 rak dijual Rp250 ribu.
Ia juga membuat kap lampu yang dijual paling murah Rp100 ribu dan paling mahal Rp300 ribu. Sedangkan vas bunga dilepas dengan harga Rp50 ribu, dan satu set kursi Rp1,5 juta, terdiri atas 2 kursi pendek, satu kursi panjang, dan meja.
“Kalau dijual per satuan, satu kursi dan satu meja saya jual seharga Rp750 ribu, dan kursi malas Rp500 ribu per buah. Pelanggan saya banyak dari Kabupaten Flores Timur, Sikka dan ada juga dari Kota Kupang,” terangnya.
Herman mengaku, tidak mendapatkan bantuan modal dari pemerintah sehingga dirinya berharap agar pemerintah bisa memberikan bantuan modal kerja atau peralatan untuk menunjang usaha.
Direktur BUMDes Teguh Mandiri, Kecamatan Nelle, Yanuarius Harianto mengatakan, Kecamatan Nelle memiliki potensi bambu yang sangat besar dan memiliki sumber daya manusia yang terlatih memproduksi kerajinan bambu.
Untuk itu, kata Yanuarius, pihaknya pun memproduksi aneka perabotan dari bambu di samping kantor BUMDes Teguh Mandiri yang sudah banyak terjual di Kabupaten Sikka.
“Kami memproduksi aneka kerajinan bambu seperti kursi dan meja dengan harga Rp1 juta hingga Rp3 juta. Dari penjualan kerajinan bambu ini kami sudah mendapatkan pemasukan puluhan juta rupiah,” ucapnya.