Cegah Kerusakan Lingkungan melalui Budi Daya Bonsai Kayu Langka
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
Proses pertumbuhan sentigi yang lama sebutnya mempersulit perkembangan di alam. Vegetasi sentigi yang masih ada di alam menempel pada bebatuan karang namun sulit dicongkel. Sebagian pemburu tanaman tersebut memakai gergaji, kapak dan golok untuk mendapatkan batang sentigi lengkap dengan akar.
“Alih fungsi lahan pesisir menjadi lahan tambak, akses jalan, ikut merusak lingkungan tempat tumbuhnya vegetasi sentigi,” cetus Edi Wiyono.
Subani, pehobi bonsai lain mengaku, awalnya hanya ikut-ikutan. Namun melihat semakin langkanya tanaman sentigi di pesisir Lamsel ia mulai mengembangkannya.

Proses pertumbuhan yang sulit dan lama membuat tanaman sentigi memiliki kekuatan menahan angin dan gelombang. Pada lokasi alami sentigi jadi penahan tanggul tambak.
Menjaga sentigi dengan penanaman memakai pot, karung dan tanah pekarangan berpasir, mempertahankan keberlangsungan tanaman tersebut. Satu batang tanaman bisa menghasilkan ratusan bibit dengan cara disemai.
Selanjutnya tanaman akan dipindahkan ke lokasi yang subur. Penanaman sebutnya, bisa dilakukan pada tepi sungai berair payau.
“Sungai berair payau dekat muara sangat cocok untuk menanam sentigi sekaligus penahan abrasi,” sebut Subani.
Menanam sentigi dan jenis tanaman langka lainnya sebut Subani tidak hanya sekadar hobi. Tanaman berbentuk bonsai yang telah memiliki nilai seni, bisa dijual olehnya seharga jutaan rupiah.