Walaupun La Nina, Suhu Bumi Tetap Hangat
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
JAKARTA – La Nina sebagai bagian dari sistem iklim global, dikenal sebagai masa di mana curah hujan akan meningkat dan menjadikan masa tersebut sebagai periode basah. Tapi, berdasarkan data NOAA terlihat bahwa suhu tetap hangat saat La Nina bergulir.
Kasubbid Produksi Informasi Iklim dan Kualitas Udara, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Siswanto, menyebutkan, berdasarkan data, terlihat La Nina 2020 tidak akan menyebabkan penurunan suhu di bumi.

“Biasanya La Nina akan menjadi periode di mana bumi akan menurun suhunya. Tapi, prediksi La Nina 2020 ini akan menjadi salah satu yang terhangat dalam sejarah La Nina,” kata Siswanto saat dihubungi, Rabu (30/12/2020).
Anomali ini, lanjutnya, berpotensi menyebabkan kondisi yang lebih kering dibandingkan kondisi di Afrika Timur.
“Artinya akan ada kemungkinan aspek yang berkaitan dengan pangan, seperti pertanian akan terganggu. Walaupun pada beberapa wilayah Australia dan Asia Tenggara mengalami peningkatan curah hujan dan bertambahnya jumlah badai tropis,” ucapnya.
Sebagai lanjutan dari kondisi La Nina 2020, data menunjukkan tahun 2021 diprediksi akan lebih basah.
“La Nina juga, ya perubahan iklim juga yang menyebabkannya. Tapi, khusus untuk Jabodetabek, diprediksi untuk Desember hingga Maret akan menjadi lebih kering dibandingkan biasanya,” ucapnya lagi.
Kondisi bumi yang tetap menghangat di saat La Nina melanda pada November 2020 ini, terlihat sangat mencolok di Alaska bagian barat dan utara.