Tugas Berat Menanti Joe Biden

Presiden terpilih Amerika Serikat Joe Biden menyampaikan pidato hasil pemilihan presiden 2020 kepada wartawan di Wilmington, Delaware, AS, pada 5 November 2020. -Ant/Reuters

Keberhasilan dia dalam memenangkan Florida yang menjadi negara bagian mengambang bersuara elektoral terbanyak, di antaranya terjadi karena “pembangkangan” pemilih latin.

Maka itu, di samping memiliki tugas sulit menyatukan berbagai spektrum politik dalam Demokrat sendiri, pemilih dan segmen moderat Republik, Biden menghadapi apa yang disebut jurnal “Foreign Policy” sebagai periode “Amerika seperti dibayangkan Trump”.

Ironisnya, sekali pun misalnya Trump nanti menyingkir dari dunia politik, “Trumpisme” atau gaya memerintah, gerakan politik dan ideologi politik yang berhubungan dengan Trump, diperkirakan bakal tetap besar dan menghantui masa pemerintahan Biden.

“Warisan Trump” itu diperparah oleh “bom waktu” yang ditanam Trump saat mengubah komposisi sembilan hakim Mahkamah Agung menjadi enam hakim konservatif dan tiga hakim liberal.

Kenyataan ini membuat Biden bakal menghadapi penentangan terus menerus dari lembaga yudikatif yang dikuasai hakim-hakim konservatif, yang setiap saat bisa mementalkan setiap prakarsa, legislasi dan bahkan operasional pemerintahannya.

Karena itu, kemenangan besar dan bersejarah ini bukan awal dalam membuka atmosfer lebih baik. Sebaliknya, bisa menjadi awal masuk untuk menyiangi belantara berliku nan keras dan liar.

Biden bakal menghadapi tekanan konstan dari Senat, terus direpotkan oleh pertarungan hukum di pengadilan seperti dialami Trump saat ini, dan aktivisme Trumpisme yang diyakini bakal agresif.

Skenario ini pasti jauh-jauh hari sudah dibaca Biden dan Demokrat. Untuk itu, akan menarik diperhatikan bagaimana Biden menghadapi ini semua. (Ant)

 

Lihat juga...