Prosesi Ritual Adat Petani Garam di Sikka
Editor: Koko Triarko
MAUMERE – Para petani garam yang biasa memasak garam secara turun temurun di Kampung Garam, Kelurahan Kota Uneng, Kota Maumere, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur, selalu melaksanakan ritual adat setiap tanggal 23 Desember.
Ritual adat dilaksanakan di tempat memasak garam yang biasanya dilaksanakan di pondok sederhana yang berdinding bambu belah, atau dilapisi daun kelapa atau seng dengan beratap daun kelapa.
“Saat ritual, tiga buah kayu bakau atau bambu ditancapkan di tanah depan tungku memasak garam, dengan wadah untuk memasak garam (drum bekas) masih ditaruh di atas tungku,” sebut Petrus Balsing, Ketua RT di Kampung Garam, saat ditemui Cendana News di rumahnya, Minggu (8/11/2020).

Petrus mengatakan, di atas kedua kayu tersebut dipasang tempurung kelapa (Korak) sebesar telapak tangan, di dalamnya diletakkan nasi, daging, telur ayam dan Moke seadanya.
Setelah meletakkan makanan dan berdoa, ketua adat mengambil abu hitam yang menempel di dasar (pantat) periuk dan mengoleskan pada wajah seluruh anggota keluarga yang berada di dalam rumah.
“Semua warga dan peserta yang hadir saling mengoleskan jelaga kuali untuk memasak garam yang berwarna hitam di wajah. Ritual ini dinamakan Pelat Kewik Mitak,” terangnya.
Petrus mengatakan, mengoleskan abu hitam di wajah melambangkan kerja memasak garam merupakan pekerjaan kotor.
Selain itu, tanah yang diambil di pantai untuk memasak garam serta proses memasak garam menggunakan kayu bakar membuat pemasak garam harus kepanasan, terkena asap dan abu.