Tugas Berat Menanti Joe Biden
Saat masih tahap pemilihan pendahuluan atau penjaringan calon presiden dari Partai Demokrat, Biden awalnya terpuruk sebelum bangkit guna bersaing keras dengan bakal calon presiden dari sayap progresif kiri Demokrat, Bernie Sanders.
Tatkala memenangkan pencalonan presiden dari Demokrat, dia mesti merangkul bagian paling kiri dan liberal dari partainya yang di dalamnya dihuni politisi-politisi muda vokal pengkritik korporasi besar dan Wall Street, seperti Alexandria Ocasio-Cortez atau AOC yang terpilih kembali menjadi anggota DPR periode 2020-2022 dari sebuah daerah pemilihan di New York yang mencakup juga Bronx.
Trump sempat senang ketika Sanders memimpin pemilihan calon presiden Demokrat, karena dia tahu akan jauh lebih mudah mengalahkan calon yang pandangannya kebalikan 180 derajat dari dia. Dia tahu, jika Demokrat memajukan Sanders maka segmen pemilih yang bisa ditarik Sanders hanya pemilih Demokrat.
Demokrat sendiri tahu pasti, bahwa untuk mengalahkan Trump tak cuma mengandalkan pemilih tradisional Demokrat, karena mesti merangkul juga bagian moderat pemilih Republik dan pemilih independen yang belum menentukan pilihan.
Untuk itulah, perlu memajukan tokoh tengah. Dan, Joe Biden yang berhaluan sentris pun resmi dicalonkan Demokrat pada Agustus 2020.
Jalan Terjal
Formula itu terbukti benar, setelah Biden terpilih dalam pemilu 2020. Dia berhasil menggerus bagian moderat dari pemilih Republik dan memikat pemilih yang belum menentukan pilihan. Sementara, Trump mengalami kesulitan mencari kelemahan Biden sampai tak pernah bisa menyusul Biden dalam berbagai jajak pendapat.
Pandemi yang merenggut nyawa seperempat juta rakyat AS jelas menjadi faktor yang paling merusak citra Trump, ketika ketidakpedulian dia terhadap pandemi ini berseberangan dengan sikap bagian terbesar rakyat AS.