Coto Makassar Sandung Lamur, Menghangatkan
Editor: Koko Triarko
Membuka usaha di dermaga dua pelabuhan Bakauheni, Lampung Selatan, ia menyebut mudah memperoleh bahan baku. Pasar tradisional Bakauheni menjadi lokasi penyedia berbagai jenis bahan bumbu dan daging. Bahan daging sadung lamur yang telah dibersihkan, selanjutnya akan dipotong dadu dengan ukuran kecil.
Bahan bumbu sebagai pelengkap coto Makassar meliputi bawang putih, kacang tanah, lengkuas, serai, ketumbar, jintab, merica. Tambahan cabai rawit dan tauco kerap diberikan, untuk menciptakan rasa yang lebih lezat. Keharuman aroma coto Makassar makin lengkap diberi taburan daun bawang, seledri, bawang merah goreng dan jeruk nipis.
Daging sandung lamur sapi, jeroan yang telah direbus atau dikukus yang dipotong disiapkan terpisah. Air untuk proses perebusan bisa dimanfaatkan untuk proses pembuatan kaldu. Saat ada pesanan, ia akan membuat bumbu dari berbagai bahan yang telah dihaluskan. Semua bahan bumbu akan ditumis hingga harum. Daging sandung lamur yang disiapkan serta jeroan dituangkan dalam panci.
“Campurkan bumbu dalam panci lalu akan dituang kaldu, tunggu hingga bumbu meresap dalam daging dan siap disajikan,” papar Marniati.
Setelah matang, coto Makassar siap dihidangkan pada satu mangkuk. Ia kerap memberi tambahan potongan kentang goreng untuk menambah kelezatan. Nasi hangat disajikan dalam piring akan dilengkapi dengan tambahan sambal dan jeruk nipis, kecap. Sajian dalam kondisi hangat kerap diminati oleh pelanggan, terutama saat penghujan.
Sehari, Marniati bisa menyediakan sekitar 5 kilogram daging sapi sandung lamur. Permintaan cukup banyak berasal dari pekerja pelabuhan dan calon penumpang. Sebelum menyeberang ke pulau Jawa memakai kapal pengemudi, penumpang travel menjadi langganan. Selain coto Makassar, menu minuman es pisang hijau juga disiapkan. Omzet berjualan coto Makassar bisa mencapai Rp1,5juta.