Desa Pesisir Terpencil Halmahera Selatan Punya Cara Hadapi Covid-19

Karena itu, selain menyalurkan bantuan dari pemerintah pusat seperti Bantuan Langsung Tunai (BLT) Dana Desa, pemerintah desa mengupayakan bantuan bahan pokok untuk warga yang utamanya mengandalkan pendapatan dari jasa pengangkutan kopra.

Efek Pandemi

Burhan Yunus adalah kapten dari Kapal KLM Wahana Baru yang selama sekitar tiga bulan menyusuri daerah pesisir Gane Barat di Kabupatan Halmahera Selatan, untuk mengumpulkan hasil kopra masyarakat untuk dijual ke Bitung, Sulawesi Utara.

Pada awal pandemi, ia menghadapi pembatasan akses bagi kapal-kapal pengangkut, sehingga harus menghentikan kapal jauh dari desa dan menunggu kapal-kapal pengangkut kopra dari desa menghampiri mereka.

Daerah pesisir Gane Barat termasuk Gumira dan Samo, pada awal pandemi menolak kapal pengangkut merapat ke dermaga mereka karena khawatir pendatang akan menularkan virus penyebab Covid-19.

“Tetap kapal jalan waktu awal pandemi, tapi aduh kasihan. Kita jalan sampai empat bulan ke sana ke mari. Orang kampung juga tidak bolehkan masuk, jadi kita hanya buang jangkar saja,” kata Burhan.

Protokol Kesehatan

Meski sudah menyadari ancaman dan bahaya Covid-19, namun masih ada warga desa yang kurang disiplin menjalankan protokol kesehatan, menurut Iqra Alimus, dokter muda peserta Ekspedisi Maluku EcoNusa.

Dalam ekspedisi itu, Iqra mengunjungi desa-desa pesisir di Papua Barat dan Maluku Utara untuk memberikan penyuluhan tentang pencegahan Covid-19 kepada masyarakat.

Iqra telah mendatangi enam desa terpencil untuk melakukan penyuluhan kepada masyarakat selama 10 hari terakhir.

Menurut pengamatannya, masyarakat desa umunya sudah berusaha mematuhi aturan untuk memakai masker dan menjaga jarak. Namun, dokter muda itu merasa rasa ingin tahu warga desa tentang Covid-19 masih minim.

Lihat juga...