Musim Tanam Gadu, Petani Lamsel Bergantung Sumur Bor

Editor: Makmun Hidayat

Penggunaan air kala musim tanam gadu dilakukan secara bertahap. Usai penanaman aliran air akan dilanjutkan sepekan sekali. Memasuki dua pekan saat pemupukan pertama pengairan kembali dilakukan. Penggunaan bibit toleran kemarau membuat ia bisa melakukan penghematan penggunaan air. Irigasi dilakukan hingga masa padi berbulir.

“Saat air tidak digunakan bisa didistribusikan ke lahan milik petani lain sehingga air dimanfaatkan maksimal,” cetusnya.

Sutrimo, petani sekaligus pemilik ternak menyebut kemarau berimbas sebagian lahan sawah tidak digarap. Lahan yang tidak tergarap menurutnya kerap sengaja dibiarkan untuk menunggu masa penghujan atau rendengan. Sebagian digunakan untuk menanam komoditas hortikultura jenis kedelai,kacang tanah,kacang hijau.

“Sebagian lahan yang tidak digarap bisa menjadi lahan penggembalaan atau tempat mencari pakan ternak,” bebernya.

Keberadaan sungai alam yang sebagian mengalami abrasi berimbas pendangkalan membuat sungai tidak mengalir. Usulan ke pemerintah telah disampaikan untuk normalisasi. Keberadaan tambak udang yang memanfaatkan air sungai untuk kebutuhan irigasi menurutnya ikut mengganggu pasokan air.

I Ketut Sinde Atmita, Kepala Desa Sumber Nadi menyebut telah mendengar keluhan petani. Keluhan petani yang memanfaatkan sungai hanya ketika penghujan imbas kemarau sungai tersebut kering. Koordinasi dengan pemilik tambak akan dilakukan untuk melakukan normalisasi sungai. Sebab sungai yang mengalir ke muara bisa dimanfaatkan saat pasang surut.

“Sungai pasang surut bisa dimanfaatkan bagi petambak dan pemilik tanaman padi saat surut karena air tawar,” bebernya.

Lihat juga...