Musim Tanam Gadu, Petani Lamsel Bergantung Sumur Bor
Editor: Makmun Hidayat
LAMPUNG — Musim tanam gadu atau kemarau tetap dimanfaatkan petani Lampung Selatan untuk bercocok tanam. Wayan, salah satu petani di Desa Sumber Nadi, Kecamatan Ketapang menyebut menggunakan mesin pompa untuk mengalirkan air. Keberadaan sumur bor yang dibuat swadaya menjadi harapan petani untuk tetap produktif.
Sumur bor dibuat oleh Wayan dengan biaya swadaya sebesar Rp10juta untuk pengairan kala kemarau. Semenjak tiga tahun memiliki sumur bor ia menyebut bisa menanam komoditas pertanian sepanjang musim. Kala musim kemarau ia masih bisa menanam padi, sayuran pada lahan sawah miliknya. Satu titik sumur bor menurutnya bisa dimanfaatkan untuk dua hamparan.
Satu hamparan lahan sawah diakuinya bisa mencapai lima hektare. Memasuki musim tanam gadu selain dirinya ia bisa mengalirkan air ke lahan sawah milik petani lain. Semenjak kemarau pasokan air dari Sungai Supi telah mengering. Pendangkalan sungai berimbas air sulit mengalir jadi kendala bagi sejumlah petani.
“Sejak lima tahun terakhir sebagian sungai jadi tempat untuk membuang lumpur tambak sehingga saat pasang air laut limbah lumpur terbawa ke bagian hulu, sumur bor jadi pilihan bagi petani,” terang Wayan saat ditemui Cendana News, Senin (21/9/2020).

Sumur bor sedalam kurang lebih 70 meter menurut Wayan menjadi investasi jangka panjang. Selain sumur bor ia memanfaatkan selang untuk proses pendistribusian air ke sejumlah petak sawah. Upaya efesiensi penggunaan air dilakukan dengan pengolahan lahan langsung dilanjutkan dengan proses penanaman bibit padi.