JAKARTA – Fenomena ENSO, yaitu El Nino dan La Nina seringkali hanya dikaitkan dengan kondisi cuaca di Indonesia. Padahal dengan mengkombinasikan penelitian terhadap fenomena ENSO dan IOD yang terjadi bersamaan, akan bisa menghasilkan suatu kemudahan bagi para nelayan dalam melakukan penangkapan ikan pada waktu dan lokasi yang tepat.
Ahli Oseanografi, Widodo Setiyo Pranowo, menyatakan IOD (Indian Ocean Dipole) baik positif maupun negatif yang terjadi bersamaan dengan ENSO disebut sebagai Kopling.

“Kopling IOD dan ENSO ini kemudian akan mempengaruhi kondisi musim (Monsun) yang ada di Indonesia,” kata Widodo saat dihubungi, Jumat (11/9/2020).
Contohnya, pada tahun 2004/2005 terjadi EL Nino, namun pada 2005 sendiri ada ketambahan IOD Negatif. Atau pada tahun 2005/2006 terjadi La Nina namun pada 2006 sendiri ada ketambahan IOD (Modoki) Positif yang mencatatkan tahun 2006 sebagai kejadian anomali ekstrem.
“Suhu merupakan faktor penting kenyamanan makhluk hidup untuk tinggal di habitatnya. Logika sederhananya, seperti kita yang lebih suka berada di bawah pohon rindang yang teduh ketika udara di sekitar kita panas terik,” ujarnya.
Hal yang sama, lanjutnya, juga terjadi di ekosistem lautan. Yang mana masing-masing hewan dan tumbuhan laut memiliki kesukaan terhadap suhu air, kondisi salinitas (kadar garam terlarut), oksigen terlarut dan kedalaman.
“Masing-masing jenis organisme laut memiliki kesukaan kondisi laut, seperti suhu untuk optimum hidup. Sehingga, bila suhu air berada di bawah suhu optimum atau di atas suhu optimum, maka dapat mengakibatkan stres pada organisme laut. Bila kondisi tersebut semakin ekstrem dan berlangsung lama, maka bisa mematikan organisme laut tersebut,” imbuhnya.