Dampak Corona Ikut Memicu Rawan Pangan di Sikka

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

MAUMERE – Dampak pandemi Corona terhadap masyarakat yang jauh dari Kota Maumere akan berbeda dengan masyarakat yang tinggal di sekitar Kota Maumere, Kabupaten Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

Dalam diskusi pertanian yang dilakukan Wahana Tani Mandiri (WTM) di sekitar Kota Maumere di Desa Watugong, petani menyampaikan kerawanan pangan akibat gagal panen yang disebabkan kekeringan, dan serangan hama penyakit tanaman.

“Kematian ternak akibat virus babi dan tetelo ayam telah membuat mereka mengalami kesulitan,” sebut Direktur Wahana Tani Mandiri (WTM) Kabupaten Sikka, NTT, Carolus Winfridus Keupung, Selasa (22/9/2020).

Win sapaannya mengatakan, biasanya untuk mendapatkan tambahan pendapatan agar bisa membeli beras, para petani di sekitar Kota Maumere akan bekerja sebagai buruh di Kota Maumere.

Ia mengatakan, hal ini tidak bisa dilakukan akibat dampak Covid-19 yang mengakibatkan ketiadaan lapangan pekerjaan seperti menjadi kuli bangunan di pembangunan berbagai sarana dan prasarana milik pemerintah.

“Masyarakat di desa yang jauh dari kota tidak dapat melakukan kerja tambahan sebagai buruh sehingga tidak bisa mendapatkan tambahan penghasilan. Pada akhirnya akan kesulitan memenuhi kebutuhan khususnya pemenuhan pangan,” jelasnya.

Win tegaskan, akses untuk mendapatkan pekerjaan lain yang secara cepat memberi tambahan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan pangan dan lainnya tidak bisa dilakukan akibat pandemi Corona sehingga memicu terjadinya rawan pangan.

Disebutkannya, ada dua tipe ketidaktahanan pangan dalam rumah tangga yaitu kronis dan transitory dimana ketidaktahanan pangan kronis sifatnya menetap, akibat ketidakmampuan rumah tangga dalam memperoleh pangan yang biasanya kondisi ini diakibatkan oleh kemiskinan.

Lihat juga...