Krisis Pangan Dunia, Begini Kata Pengamat Pertanian UGM

Admin

YOGYAKARTA, Cendana News – Krisis pangan makin nyata mengancam berbagai negara di dunia.

Sejumlah pakar menyebut perubahan iklim menjadi salah satu faktor penyebab ancaman krisis pangan tersebut.

Krisis pangan akibat perubahan iklim kemudian makin diperparah dengan adanya perang Rusia-Ukraina.

Perang antara dua negara itu menyebabkan rantai pasok bahan pangan terganggu.

Sejumlah negara menghentikan ekspor bahan pangan untuk mencukupi kebutuhannya sendiri.

Sementara itu perubahan iklim menyebabkan gagal panen di banyak negara.

Pengamat pertanian Universitas Gajah Mada Yogyakarta (UGM), Ir Jaka Widada, MP, PhD membenarkan bahwa iklim yang tidak menentu menjadi tanda-tanda krisis pangan.

Akibatnya petani gagal panen karena kebanjiran atau kekeringan, dan gagal panen karena ledakan hama dan penyakit.

“Sementara jumlah penduduk terus naik, sedangkan kenaikan jumlah pangan tidak seimbang,” kata Jaka dikutip dari laman ugm.ac.id, Jumat (8/7/2022).

Menurut Jaka, FAO sebagai badan pangan dunia memperkirakan pada tahun 2050 jumlah penduduk dunia tembus 10 miliar.

“Jumlah penduduk yang sedemikian besar tentunya memerlukan pangan yang sangat luar biasa jumlahnya,” katanya.

Karena itu, agar tidak terjadi kelaparan harus ada peningkatan produksi pangan dunia.

Menurutnya, produksi pangan idealnya untuk saat ini harus berkisar 70 persen.

Jika sebagian negara masih sekitar 10 persen, maka bukan persoalan mudah untuk mengejarnya.

Dia mengakui, kondisi di setiap negara memang berbeda-beda. Namun negara-negara seperti Cina, Israel, Amerika, dan Uni Eropa, sudah mempersiapkan langkah menghadapi krisis pangan.

Lihat juga...