Perajin Ikan Teri di Lamsel Kekurangan Bahan Baku

Editor: Koko Triarko

Bahan baku ikan basah sebanyak 250 kilogram, menurutnya akan menjadi ikan asin kering sekitar 150 kilogram. Selama masa pandemi Covid-19, sektor usaha pembuatan ikan asin dan teri rebus tetap bergantung dari hasil tangkapan nelayan. Penurunan produksi ikan asin dan teri rebus, menurut Rusmin berpengaruh pada omzet yang dihasilkannya.

Pada kondisi normal, ikan asin rebus kering dijual seharga Rp30.000 per kilogram. Jenis ikan teri rebus kering dijual seharga Rp50.000 per kilogram, terutama jenis ikan teri jengki dan teri nasi. Mendapatkan hasil sekitar 150 kilogram ikan asin dan teri rebus, ia bisa mendapatkan hasil sekitar Rp4,5juta, dengan rata-rata harga Rp45ribu. Pengepul akan mengambil hasil produksi ikan asin dan teri rebus ke tempat usahanya.

“Produksi sedang menurun, namun masih tetap bisa menjadi sumber pengasilan bagi pelaku usaha kecil seperti kami,” papar Rusmin.

Pembuat ikan asin dan teri rebus lainnya di Dusun Pegantungan, Susanti, menyebut sektor usaha perikanan sedang mengalami penurunan produksi. Pasokan ikan bahan baku dari nelayan berkurang, imbas hasil tangkapan yang menurun. Usaha milik Ambo Ajak yang mengandalkan ikan pasokan dari nelayan memproduksi ikan kurang dari satu ton per hari.

“Hasil produksi ikan asin dan teri kering dipengaruhi bahan baku, nelayan bagan congkel, bagan apung sedang mendapat hasil tangkapan minim,” papar Susanti.

Sebanyak seratus para para bambu untuk penjualan, menurutnya tidak terisi penuh. Sejak sepekan terakhir, proses pengeringan hanya menggunakan puluhan para para bambu.

Meski produksi berkurang, hasil ikan asin dan teri rebus banyak diperlukan oleh sejumlah pelaku usaha kuliner. Ikan asin dan teri digunakan untuk pelengkap sejumlah sajian kuliner pemilik warung makan di Bakauheni.

Lihat juga...