Perajin Ikan Teri di Lamsel Kekurangan Bahan Baku
Editor: Koko Triarko
LAMPUNG – Sejumlah pelaku usaha mikro pembuatan ikan asin rebus dan ikan teri rebus di Lampung Selatan, saat ini mengalami kekurangan bahan baku.
Rusmin, produsen ikan asin dan teri rebus di Desa Bakauheni, Lampung Selatan, menyebut bahan baku diperoleh dari nelayan yang melaut di Selat Sunda, namun sejak dua pekan terakhir hasil tangkapan nelayan berkurang.
Pada kondisi normal, Rusmin bisa mendapatkan bahan baku sekitar 50 cekeng. Satu cekeng atau keranjang ikan dari plastik memiliki berat sekitar 10 kilogram, sehingga rata-rata ia mendapat bahan baku 500 kilogram. Saat hasil tangkapan ikan minim, ia hanya mampu memproduksi sekitar 250 kilogram atau 25 cekeng ikan asin dan teri. Kondisi cuaca kurang bersahabat menjadi faktor minimnya bahan baku dari nelayan.
Ikan asin dan teri rebus, menurut Rusmin berasal dari jenis tanjan, layang, petek, teri jengki dan teri katak. Semua jenis bahan baku ikan tersebut dibeli dari nelayan dengan harga per cekeng mencapai Rp180.000 per kilogram.

Saat hasil tangkapan minim, sejumlah nelayan membeli berbagai jenis ikan tersebut seharga Rp200.000. Meski mahal, ia tetap membelinya agar usaha miliknya tetap bisa berjalan.
“Bahan baku ikan asin yang diperoleh nelayan sedang mengalami penurunan, namun produksi tetap berjalan dengan kuantitas lebih sedikit dibandingkan sebelumnya,” terang Rusmin, Selasa (18/8/2020).