Masyarakat Flotim Mulai Konsumsi Sorgum

Editor: Makmun Hidayat

Sementara itu Direktur Yayasan Pengkajian dan Pengembangan Sosial (YPPS) Flores Timur, Melky Koli Baran mengatakan pihaknya bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Flores Timur (Flotim) melalui Dinas Kesehatan melakukan gerakan gempur stunting.

Untuk mencegah anak-anak terkena stunting, Melki meminta agar para ibu harus memperhatikan asupan gizi sejak masa kehamilan dengan banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung yodium.

“Untuk Kabupaten Flores Timur, dari 250 desa dan kelurahan, sebanyak 36 desa masuk kategori zona merah atau rawan stunting. Untuk itu harus segera diatasi dan kami memberikan makanan tambahan sorgum dan kelor,”ungkapnya.

Melky menjelaskan, pada tahun 2016, di Flores Timur angka stunting-nya cukup tinggi sekitar 36 persen dari 20 ribu bayi dan balita. Sementara itu sebutnya, angka stunting di Provinsi NTT tahun 2017 mencapai 41 persen.

Tahun 2017 lanjutnya, angka stunting di Kabupaten Flotim mencapai 44 persen dan melampaui angka nasional 37,7 persen. Angka stunting tertinggi jelasnya, terdapat di desa-desa yang berada di Kecamatan Adonara Barat.

“Angka stunting yang tinggi harus diatasi dengan kegiatan nyata dengan memberikan makanan lokal untuk perbaikan gizi berupa sorgum dan kelor,” jelasnya.

Melky menyebutkan, selama ini stunting hanya sebatas pelayanan kesehatan yang diberikan Dinas Kesehatan. Pihaknya pun menggandeng pemerintah sehingga penurunan angka stunting harus menjadi isu pembangunan di Kabupaten Flotim.

“Sejak mulai dicanangkan tahun 2018 dan berkat advokasi kami dan partisipasi semua pihak, tahun 2019 angka stunting di Flores Timur turun menjadi 26 persen,” pungkasnya.

Lihat juga...