Presiden Soeharto (6): Misi Netralisasi Pasukan Pendukung PKI Madiun

Pada tanggal 22 September 1948, Djoko Suyono mengumumkan undangan kepada Panglima Pertahanan Jawa Timur, Komandan Brigade Mobil Polisi dan Komandan-Komandan lain di seluruh daerah RI untuk menghadiri konferensi di Balai Kota Madiun. Letkol Sadikin komandan Brigade II Siliwangi yang berkedudukan di Surakarta juga diundang, akan tetapi tidak hadir, walaupun pemerintah Front Nasional atau PKI Madiun memberikan jaminan keamanan.

Letnan Kolonel Soeharto mengakui menuruti ajakan Letkol Suadi Suromihardjo ke Madiun. Ia tidak menolak untuk melihat situasi Madiun. Sebagai utusan Panglima Besar Jenderal Soedirman, ia tidak ingin dianggap penakut oleh Letkol Suadi Suromihardjo maupun komplotan PKI. Apalagi ia sedang menjalankan misi sebagai utusan Panglima Besar Jenderal Soedirman dengan tugas membujuk Letkol Suadi Suromihardjo agar yang bersangkutan melepaskan dukungannya terhadap FDR atau PKI Madiun.

Sesampainya di Madiun, oleh Suadi Letkol Soeharto dipertemukan dengan Muso, karena Amir Sjarifudin sedang tidur. Dalam kesempatan pertemuan itu Muso menawarkan intermediasi antara dirinya dengan Presiden Soekarno, Wakil Presiden Muhammad Hatta dan panglima Besar Jenderal Sudirman. Muso berdalih untuk memfokuskan kekuatan perjuangan melawan Belanda.

Kesediaan Letnan Kolonel Soeharto memenuhi ajakan Letkol Suadi Suromihardjo pergi ke Madiun, merupakan bukti kesungguhan seorang perwira muda menjalankan misi yang dibebankan Panglimanya, Panglima Besar Jenderal Soedirman. Ia tidak mungkin bergegas pulang dengan tangan kosong sebelum misinya berhasil meluluhkan sikap Letkol Suadi Suromihardjo agar menarik dukungannya terhadap FDR atau pemberontak PKI Madiun. Maka dia penuhi “tantangan” Letkol Suadi Suromihardjo, walaupun harus melewati resiko yang dapat saja membahayakan keselamatan jiwanya.

Lihat juga...