Hujan Berimbas Proses Pengeringan Rumput Laut Terhambat

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

Pembudidaya di Desa Legundi, Kecamatan Ketapang itu menambahkan pengeringan rumput laut lebih lama. Pada kondisi normal cuaca panas ia bisa mengeringkan rumput laut dalam waktu tiga hari.

Namun imbas hujan lebat proses pengeringan rumput laut bisa berlangsung selama sepekan lebih. Hindari kualitas yang buruk imbas pengeringan tidak sempurna rumput laut digantung pada kumbung.

“Kumbung berupa ruangan terbuat dari atap plastik jadi lokasi untuk pengeringan mengurangi kadar air,” cetusnya.

Kualitas rumput laut rendah imbas pengeringan kurang sempuna berpengaruh pada harga jual. Normalnya rumput laut dengan pengeringan sempurna bisa dijual seharga Rp12.000 per kilogram atau minimal Rp10.000.

Namun kadar air tinggi imbas hujan mengakibatkan harga jual maksimal berkisar Rp9.000 per kilogram. Meski harga jual rendah saat Covid-19 rumput laut jadi sumber pendapatan.

Menghasilkan panen rumput laut sebanyak satu ton dengan harga Rp9.000 ia bisa mendapat Rp9 juta. Jangka waktu pemanenan rumput laut setiap bulan memberi penghasilan bagi sejumlah pembudidaya.

Rumput laut kering selanjutnya dijual pada pengepul sebagai bahan baku pembuatan agar-agar serta kosmetik. Selain komoditas untuk pabrik lokal sebagian diekspor ke luar negeri.

Maidun, pembudidaya rumput laut di lokasi yang sama menyebut memanfaatkan para-para bambu. Penutup plastik digunakan untuk menghamparkan rumput laut yang akan dijemur.

Maidun, pembudidaya rumput laut spinosum di Desa Legundi, Kecamatan Ketapang, Lampung Selatan melakukan proses pengeringan meski terkendala hujan yang kerap turun, Senin (22/6/2020) – Foto: Henk Widi
Lihat juga...