Hujan Berimbas Proses Pengeringan Rumput Laut Terhambat
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
LAMPUNG – Pembudidaya rumput laut di pesisir timur Desa Legundi, Desa Ruguk, dan Desa Tridarmayoga Kecamatan Ketapang, mengalami kesulitan proses pengeringan rumput laut.
Juarsih, pembudidaya rumput laut varietas spinosum atau rumput laut putih menyebut hujan jadi kendala. Usai panen petani memilih melakukan fermentasi agar rumput laut tidak busuk dan berjamur.
Proses pengeringan rumput laut diakuinya mengandalkan sinar matahari. Selama penghujan bersamaan dengan proses panen kualitas rumput laut menurun imbas kadar air tinggi.
Pengeringan dengan proses fermentasi dilakukan oleh Juarsih dan pembudidaya lain dengan fermentasi. Rumput laut yang dipanen akan dibungkus dengan plastik hingga mengalami proses penguapan.
Proses fermentasi tersebut akan mengurangi kadar air pada rumput laut. Selanjutnya pengeringan akan diangin-anginkan pada lokasi penjemuran memakai para-para bambu.
Pada kondisi normal terik matahari sempurna pengeringan akan dilanjutkan pada area terbuka. Saat penghujan rumput laut berpotensi terkena jamur sehingga dibutuhkan zat kapur untuk pencegahan.
“Hujan berimbas proses pengeringan terhambat sehingga diperlukan alat khusus untuk sejenis oven namun harganya mahal sehingga masih diterapkan sistem manual,” terang Juarsih saat ditemui Cendana News, Senin (22/6/2020).
Juarsih menambahkan proses panen rumput laut saat hujan berlangsung kerap terhambat. Sebab sebagian jalur pengikat rumput laut berpotensi terbawa arus.
Sejumlah lokasi budidaya yang tepat berada di dekat aliran muara sungai berpotensi terkena banjir. Ia bahkan pernah mengalami jalur budidaya rumput laut miliknya hanyut imbas terbawa arus laut yang kencang dan banjir.