Suara-suara aneh itu pun semakin menyeramkan. Suara yang biasanya hanya igauan sesaat, kini berubah memanggil nama Rohminah. Jam kunjung suara itu pun semakin jamak. Kapan saja terlihat Rohminah sendirian di rumah, maka sudah pasti suara itu melantun.
Hingga ia ceritakan kejadian itu kepada anak-anaknya.
“Itu karena mamak terlalu banyak pikiran,” kata anak pertama.
“Perbanyak Istigfar, Mak,” imbau anaknya yang lain.
Rohminah turuti perkataan anak-anaknya itu. Semakin sering ia beristigfar. Lambat-laun suara itu tak lagi sedemikian gemuruh seperti biasanya, pun demikian tentang penampakan.
Bersebab itu Rohminah mengadakan syukuran yang meriah. Syukuran seperti yang diadakan banyak orang ketika pulang haji di beberapa desa di sekitar Kuba. Dalam acara syukuran itu terang-terangan Rohminah mengatakan hendak naik haji tahun ini.
Kabar baik itu tersebar sangat cepat ke seluruh desa Kuba. Bahkan beberapa telinga orang desa luar tahu kabar itu.
“Rohminah si bilal mayat yang sering menceritakan orang yang dimandikannya itu naik haji?” tanya orang terheran-heran.
“Tapi dia sudah banyak berubah. Sudah tak pernah lagi ia merumpi. Mau itu merumpi orang yang telah meninggal atau pun yang lainnya,” timpa salah seorang meyakinkan.
Hingga di suatu malam dengan bulan purnama yang entah keberapa, sebelum berangkat naik haji, terdengar jeritan panjang dari dalam rumahnya. Waktu itu suaminya kebetulan mendapatkan jam malam bekerja. Rohminah sendiri di rumah.
Paginya terdengar kabar, telah berpulang ke rahmatullah, Rohminah. Insyaallah dikebumikan setelah sembahyang Zuhur.
Warga Kuba pun sepintas menyangkut-pautkan kematian Rohminah dengan bebasnya anak semata wayang almarhumah Bu Rusmi. ***