Ibnu Salman di Negeri Ibnu Saud

Catatan Ringan Akhir Pekan T. Taufiqulhadi

T. Taufiqulhadi (CDN/Istimewa)

Abdul Aziz digantikan anaknya, Saud yang meninggal tidak beberapa lama, dan Saud digantikan oleh Abdullah bin Saud. Abdullah ini nyaris tidak bisa bernafas akibat ulah kakeknya semasa hidup. Khilafah Usmani yang khawatir kepada keemiran model Wahabi ini, mengirimkan pasukan gabungan:  Mesir sebelah Barat, Istambul sebelah timur. Abdullah dan tentaranya dihancurkan tentara Usmani ini dalam perang Usmani-Wahabi tersebut. Abdullah ditangkap dibawa ke Istanbul dan dipancung di sana.  Dir’iyah, sebagai ibukota Saudi jilid pertama dibumihanguskan pada 1818. Dan, ekspansi Wahabi pun terhenti.

Beberapa tahun kemudian,  Keemiran  Nejad jilid kedua muncul lagi. Cucu Abdullah, Faisal bin Turki berhasil membangun kembali Keemiran Nejad ini, yang kini berpusat di Riyadh. Tapi manakala anaknya, Abdurrahman berkuasa, ia harus menghadapi otoritas lain yang kuat  di Na’il,  Abdul Rasyid. Dalam perang Mulayda, Abdurrhaman kalah dan ia dan keluarganya melarikan  ke padang pasir tak bertepi.  Hingga suatu ketika, Abdurrahman ditampung oleh temannya Mubarak al-Sabah,  Emir Kuwait.

Di Kuwait inilah segala sesuatu berubah. Anak Abdurahman, Abdul Aziz mulai besar. Berpostur tinggi besar, gagah dan cerdas, Abdul Aziz ini mulai melakukan konsolidasi kekuatan dengan mengumpulkan semua  pengikut ayahnya. Pada tahun 1902, dalam usianya 27 tahun, Abdul Aziz bin Abdurrahman ini melancarkan serangan mendadak  ke Riyadh, dan dalam beberapa hari Riyadh lepas dari tangan Bani Rashidi. Bani Saud kembali memimpin Keemiran Nejad, dengan emirnya tidak lain anak muda berusia 27 tahun itu.  Sejak saat itu ia dikenal sebagai “Ibnu Saud”, meski di dunia Arab tetap dipanggil “Abdul Aziz”.

Lihat juga...