Dampak COVID-19, Harga Komiditi Holtikultura di Sikka Merosot

Redaktur: Muhsin E Bijo Dirajo

MAUMERE — Pandemi Corona yang tengah mewabah turut memberikan dampak terhadap harga komoditi pertanian. Hal tersebut disebabkan melemahnya daya beli masyarakat serta mati surinya usaha perhotelan, penginapan dan rumah makan yang selama ini banyak membutuhkan produk pertanian.

Eustakius Bogar, petani holtikultura di Desa Nitakloang saat ditemui di kebunnya, Senin (11/5/2020). Foto : Ebed de Rosary

Kondisi ini pun dialami para petani holtikultura di Desa Nitakloang Kecamatan Nita Kabupaten Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang sedang memasuki musim panen tomat dan cabai, serta lainnya.

“Harga semua komoditi holtikultura turun drastis. Lombok saja biasanya satu kilogram kami jual minimal Rp30 ribu, saat ini paling hanya laku Rp10 ribu per kilogram,” sebut Eustakius Bogar, petani holtikultura Desa Nitakloang Kecamatan Nita, Kabupaten Sikka, NTT, Senin (11/5/2020).

Eus sapaannya mengatakan, hal serupa juga terjadi pada komoditi tomat yang biasanya dijual minimal Rp.10 ribu per kilogramnya, Saat ini dilepas dengan harga Rp6 ribu per kilogram bahkan bisa turun lagi.

Meski harga murah sebutnya, namun pembeli berkurang bahkan hotel dan rumah makan yang biasanya membeli dalam jumlah banyak kini tidak membeli sama sekali karena tamu hampir tidak ada.

“Paling kami menjualnya dari rumah ke rumah satu dua kilogram saja. Kalau mengharapkan menjual di pasar, maka sulit terjual semua dan harga juga merosot tajam sama sekali,” ujarnya.

Petani holtikultura, kata Eus, tidak bisa berbuat apa-apa, sebab kondisi pasar memang sedang lesuh akibat merebaknya virus Corona sehingga banyak produk petani pun tidak terjual.

Lihat juga...