Angka Kelahiran di Semarang Tahun Depan Dikhawatirkan Naik
Editor: Mahadeva
SEMARANG – Di 2021 mendatang diprediksi angka kelahiran di Jawa Tengah akan mengalami peningkatan. Hal itu dampak dari pandemi Covid-19, yang mendorong masyarakat untuk lebih banyak di rumah.
Sementara jumlah angka peserta Keluarga Berencana (KB) di daerah tersebut tercatat mengalami penurunan, selama pandemi berlangsung. “Dari data BKKBN Jateng, seiring dengan adanya pandemi covid-19, jumlah peserta KB aktif menurun secara drastis. Seharusnya, hingga Maret 2020 tercapai di atas angka 20 persen, hingga saat ini masih dibawah angka 15 persen. Jika kondisi ini dibiarkan terus menerus, kita khawatirkan angka kelahiran di Jateng pada 2021 mendatang akan naik,” tutur Kepala Perwakilan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Jateng, Wagino, di Semarang, Senin (11/4/2020).
Wagino menyebut, di Jateng saat ini tercatat sekira 70 persen peserta KB aktif menggunakan alat kontrasepsi (alkon) non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP). Tediri dari suntik 58 persen, dan pil serta kondom sebanyak 11 persen. Sementara sisanya, menggunakan MKJP berupa intrauterine device (IUD) dan implan.
“Saat ini peserta KB aktif di Jateng mencapai 4,5 juta peserta. Dari jumlah tersebut, untuk peserta KB menggunakan pil sebanyak 526 ribuan. Data pada Maret 2020, mereka yang mengambil ulang pil kb hanya sekitar 100 ribu peserta. Sementara untuk pengguna alkon kondom, tercatat sebanyak 166 ribu peserta, namun yang mengambil ulang hanya sekitar 9.000 peserta KB. Sementara, untuk penggunaan alkon suntik di Jateng ada sekitar 2,8 juta pasangan usia subur (PUS),” terangnya.
Wagino menyebut, peserta KB pengguna alkon banyak yang tidak melakukan KB kembali. Hal itu yang memunculkan rasa khawatir akan terjadi baby boom di Jateng pada 2021 mendatang. Dengan kondisi tersebut, petugas Penyuluh Keluarga Berencana (PKB), untuk pro aktif memberikan pelayanan KB kepada masyarakat. “Ditengah pandemi covid-19, memang ada kecenderungan layanan tatap muka dihindari, termasuk dalam pelayanan KB. Mereka juga takut tertular covid-19. Namun kita juga berupaya agar angka putus pakai kontrasepsi bisa ditekan. Sebelumnya kita juga sudah memberikan bantuan alat pelindung diri, kepada para bidan dan PKB, sehingga tetap bisa melayani KB,” tandasnya.